digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permasalahan yang diangkat pada tugas akhir ini adalah bagaimana perancangan dan implementasi sistem pakar berbasis web yang mampu menyusun latihan terapi dan mampu menentukan modul yang perlu diberikan dan menilai keberjalanan terapi beserta penerapan algoritme depth-first search, breadth-first search, dan transitive reduction yang sesuai dengan cara terapis menyelesaikan permasalahan terkait latihan yang perlu diberikan dan perlu dilakukan pemeriksaan. Penelitian dimulai dengan melakukan tahapan analisis sistem untuk mengetahui kondisi sistem saat ini. Pada tahapan analisis sistem, ditemukan kendala dalam menentukan modul apa saja yang perlu diperiksa pada saat terapis melakukan observasi pasien dan pemeriksaan kemunduran yang terjadi. Dari hasil analisis tersebut, diturunkan menjadi list kebutuhan pengguna, kebutuhan fungsional, kebutuhan non fungsional, serta perbaikan sistem yang diharapkan. Tahapan berikutnya adalah tahapan perancangan, dimana perancangan dimulai dengan mendefinisikan use case untuk tiap level pengguna, lalu dilanjutkan dengan merancang algoritme inferensi menggunakan flowchart, dan merancang database menggunakan Entity Relationship Diagram. Setelah tahapan perancangan selesai, tahapan berikutnya adalah tahapan implementasi dengan mengimplementasikan perancangan yang sudah dibuat. Lalu tahapan terakhir dari penelitian adalah tahapan pengujian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pendekatan expert judgement dan dilakukan secara black box oleh empat sampel terapis secara langsung untuk menilai apakah sistem sudah mampu menyelesaikan permasalahan yang telah didefinisikan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua kebutuhan fungsional dan non fungsional telah terpenuhi, dan semua terapis setuju bahwa sistem mampu membantu terapis dalam menjawab permasalahan. Simpulan dari penelitian ini adalah sistem pakar berhasil dirancang dan diimplementasikan dalam bentuk prototype yang berisi 80 modul, dengan penilaian terapis yang cenderung setuju bahwa sistem pakar mudah untuk digunakan. Terapis pun cenderung setuju bahwa sistem mampu memudahkan terapis dalam menentukan latihan apa yang perlu diberikan kepada pasien, mampu memudahkan terapis dalam menilai kemampuan pasien, dan mampu memudahkan terapis untuk perbaikan kurikulum ke depannya. Lalu algoritme depth-first search, breadth-first search, dan transitive reduction yang dikembangkan mampu menangani 80 modul dengan baik. Kesimpulan ini ditarik dari hasil pengujian fungsional yang semuanya mampu dijalankan dengan baik untuk 80 modul. Algoritme ini pun dinilai sesuai dengan cara terapis menyelesaikan permasalahan terkait latihan yang perlu diberikan dan perlu dilakukan pemeriksaan, melalui penilaian terapis secara langsung yang cenderung setuju bahwa sistem pakar sudah sesuai dengan kebutuhan terapi. Saran dari penelitian ini adalah agar penelitian ke depannya yang terkait dapat diawali dengan mempelajari terlebih dahulu seperti apa cara pakar menyelesaikan permasalahan terkait, dan pemilihan algoritme untuk inferensi harus disesuaikan dengan cara pakar menyelesaikan masalah.