digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Divisi Mill Concentrating adalah salah satu divisi operasi di PT Freeport Indonesia yang memiliki peran penting dan fungsi signifikan pada pengolahan bebatuan sampai menjadi hasil akhir (konsentrat). Untuk menghasilkan konsentrat, bebatuan akan melalui berbagai proses dan peralatan. Serupa dengan divisi lain, biaya pengadaan peralatan dan pemeliharaannya termasuk sebagai elemen utama dalam pengoperasiannya. Di divisi Concentrating, ada pabrik yang bernama CRUSHER MASTER PLANT (CMP). Dalam sistem pabrik ini, ada tiga jalur untuk mengalirkan bijih yaitu South Train, North Train, and Middle Train. Saat ini, ada jadwal shutdown yang rutin dilakukan seminggu sekali selama 12-14 jam dengan tujuan untuk perawatan peralatan. Dalam project shutdown ini dibutuhkan tenaga tambahan dari sumber daya eksternal (kontraktor), sumber daya outsource tersebut akan digabungkan dengan sumber daya senior PTFI (karyawan) untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Dikarenakan situasi perusahaan saat ini dan kebijakan perusahaan, tim maintenance CMP masih belum dapat merekrut karyawan baru untuk mengisi posisi kosong di dalam Bagan Organisasinya. Dengan hanya 34 karyawan, mereka perlu merawat lebih dari 200 peralatan di CMP. Oleh karena itu, mereka sangat kekurangan tenaga kerja senior untuk menyekesaikankan semua pekerjaan dalam program shutdown di CMP. Apalagi ditambah dengan lebih dari 94 tugas rutin yang perlu diselesaikan di setiap shutdown, dan jika ada permintaan tambahan pekerjaan maka beberapa tugas rutin harus dibatalkan. Kejadian ini telah berulang dan sangat berkontribusi dalam peningkatan Backlog yang belum dikerjakan. Dengan jumlah tugas cukup banyak dan belum dilakukan oleh tim perawatan, perubahan tipe perawatan terjadi di CMP menjadi perawatan reaktif (maintenance breakdown) yang berarti beberapa peralatan akan dirawat saat terjadi kegagalan. Pada akhirnya, akan meningkatkan shutdown tak terjadwal (downtime). Dengan demikian, perlu dikembangkan jadwal shutdown yang tepat untuk meningkatkan ketersediaan alat dan tonase. Berdasarkan diskusi kelompok terarah (FGD) secara internal dengan departemen Operasi, Pemeliharaan, dan Perencanaan di CMP, beberapa skenario telah diajukan seperti; mengubah jadwal shutdown, perubahan jadwal kerja bagi karyawan dan merekrut subkontraktor untuk melakukan beberapa tugas di CMP. Skenario tersebut dianalisis dengan metode SMART untuk mendapatkan hasil optimal. Umur liner, biaya kontraktor, biaya tenaga kerja, dan biaya material akan menjadi pertimbangan untuk menentukan skenario. Sedangkan prestasi keselamatan, pendapatan, retensi tenaga kerja, dan manajemen kelelahan akan menjadi keuntungan yang perlu dicapai. Skenario terbaik yang diambil adalah skenario 6 yaitu memakai jadwal kerja saat ini, yakni: lima hari kerja dan dua hari libur (5-2) dan menggabungkannya dengan mengalihkan dua jenis pekerjaan ke kontraktor yaitu pergantian roller di Belt Conveyor dan pergantian panel Deck di Primary Wet Screen, Secondary Wet Screen dan tertiary Dry Screen yang. Yang terakhir adalah merubah jadwal iii shutdown menjadi satu kali per dua minggu. Skenario ini merupakan pilihan yang efisien dengan pencapaian tertinggi berdasarkan analisis SMART. Dengan skenario ini, walaupun biaya untuk kontraktor meningkat 48% namun untuk atribut lainnya meningkat sebagai berikut: kinerja keselamatan meningkat 60%, retensi tenaga kerja meningkat 40%, manajemen kelelahan meningkat 60%, dan terakhir pendapatan meningkat 4%.