digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dokumen Asli
PUBLIC Open In Flip Book Dessy Rondang Monaomi

Tata kelola atau governance mencakup interaksi antara pemerintah dan warga negara dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan publik. Proses ini melibatkan penilaian dampak langsung maupun jangka panjang dari kebijakan mencakup berbagai aspek guna memaksimalkan manfaat serta meminimalkan dampak negatif. Perubahan zaman yang pesat menuntut tata kelola yang dinamis atau dynamic governance, di mana pemerintah dituntut untuk responsif terhadap kondisi eksternal yang terus berubah. Salah satu solusi untuk mewujudkan hal ini adalah melalui penerapan smart governance yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mendukung pengambilan keputusan berdasarkan data yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model dan simulasi guna membantu perumusan regulasi 5G yang tepat berdasarkan kondisi yang dihadapi. System dynamics memungkinkan regulator untuk memahami struktur dan dinamika dari sistem yang kompleks, sehingga membantu merumuskan regulasi yang lebih baik di tengah perubahan teknologi yang cepat seperti 5G. System dynamics memberikan simulasi yang tidak hanya membantu memahami dampak langsung dari suatu kebijakan, tetapi juga implikasi jangka panjang dan efek samping yang mungkin tidak terlihat dalam analisis statis. System dynamics didasarkan pada hubungan sebab-akibat antar variabel. Uji kausalitas dapat membantu memastikan bahwa perubahan pada satu variabel memengaruhi variabel lainnya secara logis dan empiris. Penelitian ini menggunakan fuzzy-set Qualitative Comparative Analysis (fsQCA) untuk validasi hubungan sebab-akibat dalam diagram Causal Loop Diagram (CLD) dengan sampel data kecil (data kurang dari 50). Berbeda dengan analisis tradisional yang cenderung membutuhkan data dalam jumlah besar, fsQCA memungkinkan pengujian dengan set data yang lebih kecil dan tetap memberikan hasil yang akurat. Keunggulan fsQCA terletak pada fleksibilitasnya dalam menangani hubungan parsial antar variabel dengan menggunakan nilai set yang berkisar antara 0 dan 1. Ini menjadikannya alat yang ideal untuk memvalidasi hubungan kompleks dalam CLD, di mana variasi data dan ketidakpastian sering kali muncul. Pada penelitian ini fsQCA terbukti mampu memberikan hasil yang akurat untuk studi dengan data ii terbatas. Dengan menggunakan fsQCA, penelitian ini dapat mengevaluasi secara empiris apakah variabel-variabel dalam model system dynamics memiliki hubungan sebab-akibat yang valid. Validasi ini penting untuk memastikan bahwa hasil simulasi dari system dynamics tidak hanya didasarkan pada asumsi model, tetapi juga memiliki landasan empiris yang kuat. Pemodelan dan simulasi 5G menggunakan system dynamics dimulai dengan permasalahan alokasi frekuensi 5G. Alokasi frekuensi 5G dilakukan secara bertahap untuk mendukung migrasi layanan yang menggunakan frekuensi yang sama. Tiga skenario simulasi menunjukkan pola yang sama, di mana jumlah pelanggan meningkat setiap tahun hingga mencapai kestabilan karena spektrum frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas. Pola ini disebut goal-seeking, di mana pertumbuhan melambat menuju titik stabil. Selain itu, penelitian mengusulkan pemodelan implementasi 5G dengan system dynamics untuk mengatasi kekurangan penelitian-penelitian sebelumnya dalam rekomendasi kebijakan mobile broadband. Simulasi menunjukkan bahwa investasi dalam 5G menurunkan harga layanan, meningkatkan jumlah konsumen, kesejahteraan masyarakat, dan Produk Domestik Bruto (PDB). Dampak positif ini memperlihatkan potensi 5G dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Penelitian ini menggunakan Fuzzy Cognitive Maps (FCM) sebagai pembanding system dynamics karena sama-sama didasarkan pada hubungan sebab-akibat antar variabel. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa system dynamics dan FCM memiliki pendekatan yang berbeda. System dynamics berfokus pada hubungan yang membentuk loop dinamis antar variabel, sementara FCM memungkinkan transisi bertahap dan penalaran kualitatif. System dynamics cenderung lebih matematis, sedangkan FCM lebih mudah dipahami oleh pemangku kepentingan karena sifatnya yang lebih intuitif dan kualitatif. Perbedaan hasil antara kedua metodologi bergantung pada asumsi model dan tingkat detail data yang digunakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa fsQCA adalah metode yang efektif untuk validasi hubungan sebab-akibat dalam CLD pada studi dengan jumlah sampel kecil. Simulasi alokasi frekuensi 5G menunjukkan perilaku goal-seeking, sementara implementasi 5G terbukti berkontribusi positif terhadap ekonomi. Perbandingan system dynamics dan FCM menunjukkan pemilihan metodologi bisa mempengaruhi hasil simulasi. Penerapan smart governance menggunakan system dynamics dapat membantu regulator dalam pengambilan kebijakan terkait implementasi 5G. Dengan memahami dan memodelkan dinamika sistem yang kompleks, regulator dapat membuat kebijakan yang mengakomodasi perubahan kondisi eksternal yang cepat. Oleh karena itu, pemanfaatan smart governance diharapkan dapat menjadi solusi yang inovatif dalam mengatasi tantangan tata kelola di era digital ini, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memastikan keberlanjutan pembangunan negara.