digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebutuhan akan tempat istirahat dan pelayanan di ruas Tol Mertapada dikaitkan dengan potensi budaya Cirebon menjadikan ide kreatif untuk melakukan promosi budaya Cirebon melalui tempat istirahat dan pelayanan. Jalan Tol Mertapada yang berada di Jalur Pantura memegang peran penting dalam sistim distribusi di Pulau Jawa. Promosi budaya Cirebon pada tempat istirahat dan pelayanan merupakan suatu ide dalam pemrograman kreatif yang belum pernah dilakukan karena selama ini tempat istirahat dan pelayanan dimaksimalkan oleh developer sebagai tempat komersil yang seringkali pemenuhan utama untuk beristirahat menjadi sangat kurang dan tidak sesuai standar. Promosi aktif dengan segmentasi pasar para pengguna jalan tol dan secara umum adalah semua orang yang memakai Jalur Pantura akan berdampak pada peningkatan kedatangan wisatawan yang juga berdampak pada peningkatan perekonomian lokal. Kesulitan dari penerapan promosi budaya pada tempat istirahat dan pelayanan adalah desain yang harus dapat dinikmati oleh pengamat dari jalan tol dalam waktu yang singkat dan dengan kecepatan tinggi. Kajian untuk mendesain yang tepat dilakukan pada proyek sejenis dan juga proyek-proyek yang merepresentasikan budaya lokal. Selain itu standar dan regulasi terkait tempat istirahat dan pelayanan menggunakan acuan dari Bina Marga agar desain dapat lebih aplikatif. Pertimbangan desain terkait dengan permasalahan ternyata tidak terlepas dari benang merah akan budaya lokal Cirebon. Benang merah yang menghubungkan kesadaran pengamat akan Cirebon pada lokasi tempat istirahat dan pelayanan yang berada di Kabupaten Cirebon ini adalah budaya Cirebon yang diamati penulis baik yang lazim diaplikasikan di Kota Cirebon dan budaya yang sudah terkenal sebagai identitas Cirebon di seluruh Indonesia bahkan di mata dunia. Budaya Cirebon tersebut ditampilkan dengan transformasi yang tetap mempertahankan pakem dari budaya lokal Cirebon itu sendiri. Benang merah yang dipakai adalah motif Mega Mendung sebagai motif kain batik lokal Cirebon yang terkenal mendunia dan juga bentukan arsitektur seperti gapura dan pagar keraton yang memang banyak diaplikasikan di kota Cirebon sebagai ornamen pada setiap bangunan, baik bangunan pemerintah maupun swasta. Transformasi dilakukan dengan tetap mempertahankan esensi filosofis dan juga mempertahankan material pembentuknya seperti material bata merah ekspos yang banyak ditemukan di keraton-keraton di Cirebon dan juga juga bangunan-bangunan di Cirebon. Selain itu, menanggapi permasalahan visual ke arah bangunan, maka ditemukan bahwa perlu adanya pertimbangan akan penentuan dimensi, penggunaan repetisi, dan pengaplikasian aksen bangunan sebagai titik vokal. Pertimbangan ini diaplikasikan dengan pembagian zonasi bangunan yang ditata supaya visual ke bangunan dapat sesuai dengan pencapaian supaya budaya Cirebon dapat tersampaikan ke pengamat yang ada di jalan Tol Mertapada.