digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam rangka mewujudkan cita-citanya untuk memiliki ecoport, pelabuhan dengan wawasan lingkungan, PT PELINDO II ingin menjadikan Pelabuhan Pulaubaai Bengkulu sebagai pelabuhan yang memiliki pasokan listrik mandiri berupa energi terbarukan yang hijau. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) menjadi salah satu opsi. Analisis daya dilakukan dengan merata-ratakan energi satu tahun menggunakan kurva daya produk turbin terhadap data angin tahun Bengkulu 2011. Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SAP2000 dengan output berupa unity check ratio (UCR) dan defleksi. Perhitungan biaya produksi listrik (Levelized Cost of Energy, LCOE) menghasilkan biaya produksi listrik per kilo Watt hour. Untuk memenuhi kebutuhan listrik Pelabuhan Pulaubaai Bengkulu sebesar 10 MW, dibutuhkan 6 turbin angin lepas pantai Siemens SWT-3.6-120 atau 8 turbin angin darat Siemens SWT-2.3-108. Substruktur turbin angin lepas pantai terdiri dari tiga bagian, yaitu: fondasi, transition piece, dan menara. Fondasi yang digunakan adalah tiang pancang dengan diameter 5.61 m. Transition piece adalah silinder baja dengan diameter 6 m. Menara memiliki conical dengan diameter puncak 3,5 m. Flange dalam transition piece dan menara dihubungkan dengan bolt M36 sebanyak 90 buah. Biaya produksi listrik PLTB lepas pantai adalah Rp 11.381/kWh. Substruktur turbin angin darat terdiri dari dua bagian, yaitu: fondasi dan menara. Keduanya terbuat dari baja ASTM A572 Grade 50. Fondasi yang digunakan adalah tiang pancang dengan diameter 4,5 m. Menara berbentuk conical dengan diameter dasar 4,5 m dan puncak 3,5 m. Flange luar tiang pancang dan menara dihubungkan dengan bolt M36 sebanyak 60 buah. Biaya produksi listrik PLTB lepas pantai adalah Rp 3.509/kWh. Karena fluktuasinya yang besar, tenaga angin tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi listrik tunggal, harus tetap dibantu dengan sumber energi listrik lainnya terutama pada saat kecepatan angin rendah. PLTB lepas pantai memiliki struktur yang sangat besar dan membutuhkan biaya konstruksi yang tinggi, karena itu hanya dijadikan kajian, belum merupakan opsi yang tepat untuk dikembangkan.