Industri tekstil di Indonesia merupakan salah satu industri yang mengalami perkembangan pesat
dengan tingkat produksi yang tinggi. Mohammad Toha yang berada di Bandung Selatan, memiliki
industri tekstil dalam jumlah yang besar yaitu sebanyak 85 industri di wilayah seluas 178,7 ha.
Masalah lingkungan terutama pencemaran air dapat terjadi sebagai akibat dari kegiatan industri
tekstil, karena menghasilkan air limbah dalam jumlah banyak yang mengandung konsentrasi BOD,
COD, dan logam berat yang tinggi. Sebelum air limbah dibuang ke badan air, harus diolah terlebih
dahulu untuk mencegah pencemaran air. Pembuangan air limbah tekstil harus memenuhi standar
efluen dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 atau peraturan daerah
setempat. Tekstil diproduksi dengan menggunakan senyawa kimia kompleks yang relatif sulit dan
membutuhkan waktu lama untuk terdegradasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses untuk
mempercepat proses degradasi, salah satunya adalah dengan menggunakan proses biologis.
WWTP Cisirung memiliki luas lahan 1,2 hektar dan melayani sebanyak 25 industri secara total
(industri makanan dan tekstil). Limbah rata-rata keluar dari industri adalah 206,61 L/detik dan
debit yang benar-benar diproses adalah 82,48 L/detik. Proses di IPAL Cisirung terdiri dari tiga
proses utama yaitu pengolahan fisika, pengolahan kimia, dan pengolahan biologis. Seiring dengan
berkembangnya industri tekstil, perlu dilakukan evaluasi terhadap unit-unit yang sudah ada di
IPAL. Evaluasi dilakukan dengan diawali pengumpulan data sekunder dan data primer dari hasil
uji laboratorium. Evaluasi unit eksisting juga dapat dilakukan dengan melihat parameter proses
biologi dan dimensinya untuk kemudian dibandingkan dengan kriteria desain. Rencana
peningkatan kapasitas dan perancangan ulang IPAL perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
IPAL. Rencana ini akan berfokus pada proses biologis dan diharapkan kuantitas dan kualitas air
limbah yang diolah dapat ditingkatkan. Alternatif yang diusulkan dari pengolahan biologi ini
adalah Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) One Stage, MBBR Two Stage, dan Integrated Fixed
Film Activated Sludge. Pemilihan alternatif tersebut sesuai dengan analisis kinerja dan efektifitas
pengolahan dengan menggunakan perhitungan, aspek operasional, aspek ekonomi (OPEX dan
CAPEX), aspek lingkungan dan aspek non teknis. Alternatif ini dipilih berdasarkan kesesuaian
unit-unit tersebut dalam mengolah air limbah tekstil dan yang memberikan keuntungan terbesar
dari segi ekonomi maupun efisiensi. Alternatif yang terpilih adalah sistem MBBR Two Stage.
Detail perhitungan juga dilakukan dengan tujuan untuk mencari dimensi yang sesuai dengan
ketersediaan lahan di IPAL Cisirung. Pengolahan biologi yang digunakan di IPAL Cisirung sebelumnya adalah sistem kontak stabilisasi dengan panjang 12 m dan lebar 6 m untuk kolam
aerasinya. Hasil perancangan dari MBBR Two Stage ini yaitu menggunakan kolam aerasi
berbentuk persegi dan tercampur sempurna (completely stirred tank reactor) dengan debit rencana
yaitu 350 L/detik. Perhitungan yang dilakukan pada sistem MBBR terdiri atas kolam aerasi dan
clarifier. Pada tahap 1 digunakan kolam aerasi dengan dimensi 5,5 m x 5,5 m x 5 m untuk panjang,
lebar, dan kedalaman dengan HRT adalah 4,915 jam. Pada tahap 2 kolam aerasinya memiliki
dimensi 6 m x 6 m x 5 m untuk panjang, lebar, dan kedalaman dengan HRT adalah 2,269 jam.
HRT total yang didapatkan adalah 7,184 jam. Media yang digunakan pada MBBR ini adalah jenis
AnoxKaldnes K3 dengan luas permukaan media lekat lebih dari 500 m2/m3 dan fraksi media yaitu
40% dari volume tangki. Aerator yang digunakan untuk perencanaan sistem MBBR ini adalah
aerator submersibel Sulzer XTA/XTAK Setelah melewati proses MBBR maka efluen akan menuju
ke secondary clarifier yang dimodifikasi dengan menggunakan tube settler karena tingginya
overflow rate. Dimensi untuk secondary clarifier sama dengan unit eksisting yang sudah ada.
Pengolahan lumpur yang dibutuhkan sesuai dengan timbulan lumpur dari sistem MBBR yaitu
gravity thickener dan sludge drying bed. Hasil perencanaan ini akan diikuti dengan gambar teknik.
Analisis non teknis untuk alternatif terpilih seperti rencana anggaran biaya, analisis risiko, life
cycle assessment, keberlanjutan, ketidakpastian, dan dampak lingkungan akan dibahas dalam
laporan ini.