digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri tekstil di Indonesia merupakan salah satu industri yang mengalami perkembangan pesat dengan tingkat produksi yang tinggi. Mohammad Toha yang berada di Bandung Selatan, memiliki industri tekstil dalam jumlah yang besar yaitu sebanyak 85 industri di wilayah seluas 178,7 ha. Masalah lingkungan terutama pencemaran air dapat terjadi sebagai akibat dari kegiatan industri tekstil, karena menghasilkan air limbah dalam jumlah banyak yang mengandung konsentrasi BOD, COD, dan logam berat yang tinggi. Sebelum air limbah dibuang ke badan air, harus diolah terlebih dahulu untuk mencegah pencemaran air. Pembuangan air limbah tekstil harus memenuhi standar efluen dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 atau peraturan daerah setempat. Tekstil diproduksi dengan menggunakan senyawa kimia kompleks yang relatif sulit dan membutuhkan waktu lama untuk terdegradasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses untuk mempercepat proses degradasi, salah satunya adalah dengan menggunakan proses biologis. WWTP Cisirung memiliki luas lahan 1,2 hektar dan melayani sebanyak 25 industri secara total (industri makanan dan tekstil). Limbah rata-rata keluar dari industri adalah 206,61 L/detik dan debit yang benar-benar diproses adalah 82,48 L/detik. Proses di IPAL Cisirung terdiri dari tiga proses utama yaitu pengolahan fisika, pengolahan kimia, dan pengolahan biologis. Seiring dengan berkembangnya industri tekstil, perlu dilakukan evaluasi terhadap unit-unit yang sudah ada di IPAL. Evaluasi dilakukan dengan diawali pengumpulan data sekunder dan data primer dari hasil uji laboratorium. Evaluasi unit eksisting juga dapat dilakukan dengan melihat parameter proses biologi dan dimensinya untuk kemudian dibandingkan dengan kriteria desain. Rencana peningkatan kapasitas dan perancangan ulang IPAL perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi IPAL. Rencana ini akan berfokus pada proses biologis dan diharapkan kuantitas dan kualitas air limbah yang diolah dapat ditingkatkan. Alternatif yang diusulkan dari pengolahan biologi ini adalah Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) One Stage, MBBR Two Stage, dan Integrated Fixed Film Activated Sludge. Pemilihan alternatif tersebut sesuai dengan analisis kinerja dan efektifitas pengolahan dengan menggunakan perhitungan, aspek operasional, aspek ekonomi (OPEX dan CAPEX), aspek lingkungan dan aspek non teknis. Alternatif ini dipilih berdasarkan kesesuaian unit-unit tersebut dalam mengolah air limbah tekstil dan yang memberikan keuntungan terbesar dari segi ekonomi maupun efisiensi. Alternatif yang terpilih adalah sistem MBBR Two Stage. Detail perhitungan juga dilakukan dengan tujuan untuk mencari dimensi yang sesuai dengan ketersediaan lahan di IPAL Cisirung. Pengolahan biologi yang digunakan di IPAL Cisirung sebelumnya adalah sistem kontak stabilisasi dengan panjang 12 m dan lebar 6 m untuk kolam aerasinya. Hasil perancangan dari MBBR Two Stage ini yaitu menggunakan kolam aerasi berbentuk persegi dan tercampur sempurna (completely stirred tank reactor) dengan debit rencana yaitu 350 L/detik. Perhitungan yang dilakukan pada sistem MBBR terdiri atas kolam aerasi dan clarifier. Pada tahap 1 digunakan kolam aerasi dengan dimensi 5,5 m x 5,5 m x 5 m untuk panjang, lebar, dan kedalaman dengan HRT adalah 4,915 jam. Pada tahap 2 kolam aerasinya memiliki dimensi 6 m x 6 m x 5 m untuk panjang, lebar, dan kedalaman dengan HRT adalah 2,269 jam. HRT total yang didapatkan adalah 7,184 jam. Media yang digunakan pada MBBR ini adalah jenis AnoxKaldnes K3 dengan luas permukaan media lekat lebih dari 500 m2/m3 dan fraksi media yaitu 40% dari volume tangki. Aerator yang digunakan untuk perencanaan sistem MBBR ini adalah aerator submersibel Sulzer XTA/XTAK Setelah melewati proses MBBR maka efluen akan menuju ke secondary clarifier yang dimodifikasi dengan menggunakan tube settler karena tingginya overflow rate. Dimensi untuk secondary clarifier sama dengan unit eksisting yang sudah ada. Pengolahan lumpur yang dibutuhkan sesuai dengan timbulan lumpur dari sistem MBBR yaitu gravity thickener dan sludge drying bed. Hasil perencanaan ini akan diikuti dengan gambar teknik. Analisis non teknis untuk alternatif terpilih seperti rencana anggaran biaya, analisis risiko, life cycle assessment, keberlanjutan, ketidakpastian, dan dampak lingkungan akan dibahas dalam laporan ini.