Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan iklim tropis, yang
secara alami memiliki sekitar 6% potensi ketersediaan air dunia. Namun, mungkin
sudah lebih dari setengah abad, Indonesia tidak dapat menghindar dari risiko
kelangkaan air yang semakin bertambah. Faktor sosial ekonomi, peralihan tata
guna lahan, pencemaran air dan perubahan iklim, semuanya telah diidentifikasi
berkontribusi dalam perangkaian siklus hidrologi yang tidak biasa. Menghadapi
hal ini, pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa tindakan adaptasi dan
mitigasi yang vital dan bermanfaat bagi masyarakatnya. Tetapi hingga kini,
Indonesia masih memiliki beberapa alasan mendesak yang menjadikan
pengelolaan air yang terbatas ini sangat penting, seperti risiko defisit air oleh
ketersediaan air yang terlalu fluktuatif, pemakaian air yang berlebihan,
pencemaran, juga risiko kekeringan ekstrim dalam waktu dekat.
Latar belakang ini memotivasi peneliti untuk mengusulkan Indonesia agar
mengembangkan skema pengelolaan air konjungtifnya melalui skema
WWTP-MAR-CWM. Berdasarkan konsep ini, berbagai studi literatur dilakukan,
dan metode analisis SWOT-AHP kami pilih untuk mengevaluasi potensi
penerapannya di Indonesia. Hasilnya, dua puluh satu faktor SWOT diidentifikasi.
Analisis AHP dengan delapan pakar manajemen sumber daya air terpadu
kemudian menyimpulkan bahwa dari semua faktor SWOT, (1) dukungan yang
masif dari pemerintah terhadap proyek infrastruktur air (17,5%), (2) kerja sama
yang baik dengan pihak donatur dan lembaga non-kepemerintahan (7,5%), dan (3)
ketersediaan kerangka legislatif yang memadai (6,0%), sebagai tiga faktor
strategis utama yang perlu dimaksimalkan dan diprioritaskan perbaikannya oleh
pengelola air Indonesia ketika akan menerapkan skema WWTP-MAR-CWM yang
berkelanjutan. Dua belas strategi pun diusulkan sesuai dengan tingkat kepentingan
relatifya. Kami berharap hasil studi ini dapat membuka wawasan baru yang
bermanfaat, menginspirasi dan memotivasi penerapan serta pengembangan
penelitian terkait dengan skema ini.