digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebuah struktur terapung perlu diketahui kestabilannya saat dilakukan kegiatan di laut. Struktur akan secara berkala dihantam oleh gaya-gaya lingkungan yaitu gaya gelombang, arus, dan angin, sehingga dapat terjadi pergerakan struktur dari tempatnya. Kestabilan struktur terapung dapat dipertahankan dengan memasangkan sistem penyangga, Dalam penelitian tugas akhir ini, dilakukan analisis pada sistem mooring sebagai sistem penyangga pada kapal tongkang (Pipelay Barge) yang digunakan dalam kegiatan relokasi pipa bawah laut di daerah Selat Madura, Jawa Timur. Relokasi pipa dilakukan karena letak pipa existing mengganggu alur pelayaran APBS (Alur Pelayaran Barat Surabaya). Pemodelan dilakukan pada empat kasus, yakni saat kegiatan inisiasi pipa (Initiation Stage), saat kegiatan pemasangan normal (Normal Lay) di dua kedalaman perairan yang berbeda, serta saat kegiatan terminasi (Laydown/Termination) pipa. Pemodelan juga dilakukan pada dua kondisi gelombang yang berbeda, yaitu pada gelombang reguler menggunakan teori gelombang Stokes dan pada gelombang acak menggunakan spektrum gelombang JONSWAP. Analisis yang dilakukan adalah mengenai respon pergerakan kapal, yaitu Response Amplitude Operator (RAO), nilai gaya tarik efektif pada tiap-tiap tali mooring, serta perpindahan kapal setelah dipasang tali mooring. Nilai dari gaya tarik efektif dan perpindahan kapal kemudian dibandingkan dengan kriteria desain yang digunakan. Dari hasil pemodelan yang dilakukan baik pada kondisi gelombang reguler maupun acak, nilai gaya tarik efektif dan perpindahan kapal masih dibawah nilai kriteria desain. Hal ini berarti konfigurasi mooring yang digunakan sudah baik.