digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Komposit merupakan gabungan dua bahan atau lebih sehingga membentuk sifat yang berbeda dari bahan-bahan penyusunnya. Salah satu jenis komposit yang ramah lingkungan merupakan komposit thermoplastic serat alam, karena dapat didaur ulang. Salah satu bahan serat alam yang tersedia dalam jumlah besar dan pertumbuhan yang mudah adalah bambu. Indonesia merupakan negara beriklim tropis, sehingga sangat berpotensi untuk membudidayakan bambu sebagai bahan serat alam untuk komposit, karena kekuatan serat bambu yang mendekati glass fiber. Bambu juga dikenal sebagai natural composite atau komposit yang tersedia di alam. Hal ini dikarenakan bambu memiliki komponen fisik yang terdiri dari serat (vascular bundle) dan glukosa (tissue) yang mirip seperti fiber dan matrix. Bambu juga memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan serat alam lainnya. Keunggulan bambu diantaranya adalah tumbuh dengan mudah dan pertumbuhan yang cepat, mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap angin, harganya murah dan memberikan keuntungan terhadap lingkungan. Struktur bambu merupakan struktur yang sangat efisien dalam menerima beban, sehingga bambu memiliki ketahanan yang tinggi terhadap angin. Serat bambu dan buku-buku (nodes) berupa diafragma memberikan peran yang penting dalam menerima beban. Layout struktur ini mirip dengan konsep pada struktur fuselage pesawat terbang yang terdiri dari frame dan stringer. Konsep struktur, sistem atau mekanisme yang mengadopsi objek atau sistem yang ada di alam dikenal sebagai biomimetics. Studi biomimetics pada bambu menjadi hal menarik untuk dilakukan. Oleh karena itu, investigasi pada bambu dilakukan sebagai studi awal struktur bambu. Penelitian awal ini dilakukan untuk melihat karakteristik dan properti mekanik yang dimiliki oleh bambu. Uji eksperimen dilakukan pada bambu, dimana hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk bahan komposit serat alam. Terdapat tiga eksperimen yang dilakukan, yaitu uji tekan struktur bambu, uji tarik dan uji tekan spesimen bambu arah serat. Uji tekan dilakukan untuk melihat kekuatan tekan dan karakteristik buckling pada struktur bambu. Uji tekan struktur bambu dilakukan pada konfigurasi pemotongan yang berbeda yaitu, konfigurasi tanpa buku (internode), buku tengah (node) dan buku samping (side node). Sementara itu uji tarik dan tekan spesimen bambu arah serat dilakukan untuk mengetahui properti mekanik material dari bambu. Eksperimen dilakukan pada dua jenis bambu tropis yang ada di Indonesia, yaitu bambu tali (Gigantochloa apus) dan bambu gombong (Gigantochloa pseudoarundinacea). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kemampuan tekan struktur bambu gombong dan bambu tali sangat bervariasi. Hasil yang diperoleh dari tiga konfigurasi potongan yang berbeda antara bambu tali dan bambu gombong tidak menghasilkan kecenderungan yang sama. Hal ini disebabkan karena pengaruh ukuran, posisi pemotongan dan usia bambu. Sementara itu, hasil uji tarik dan tekan spesimen bambu arah serat memberikan nilai yang lebih konsisten. Reliabilitas yang diperoleh dari analisis statistik kekuatan bambu menunjukan hasil yang cukup baik. Bambu gombong memiliki kekuatan tekan sebesar 43 MPa dan kekuatan tarik 280 MPa pada reliabilitas 90%. Sementara itu bambu tali memiliki kekuatan tekan 28 MPa dan kekuatan tarik 180 MPa pada reliabilitas 90%. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa pengujian yang dilakukan pada spesimen bambu untuk uji tarik dan tekan arah serat telah berhasil. Sementara itu untuk uji tekan bambu utuh dengan tiga kofigurasi potongan yang berbeda belum menunjukan hasil yang konsisten. Hal ini dipengaruhi oleh faktor ukuran, posisi pemotongan, usia bambu dan jumlah spesimen yang diuji.