digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Di tahun 2002 station pengumpul dilapangan X dihentikan beroperasi dengan alasan efisiensi operasi dan fluida dari lapangan X dialirkan ke station pengumpul lapangan Y yang berjarak 8 Km dari lapangan X. Karena perubahan operasi ini berakibat tekanan dikepala sumur meningkat dari 50-70 Psi menjadi 130 – 150 Psi. Program penambahan sumur baru dan reaktivasi sumur-sumur lama mendapat kendala dimana tekanan dikepala sumur mencapai 200 sampai 250 Psi (maksimum tekanan yang diizinkan untuk beroperasi). Sumur X007 hanya beroperasi 15 hari dalam 1 bulan dan permasalahan terbesar adalah sumur ini mati karena tekanan dipipa telah mencapai maksimum sehingga sumur secara otomatis akan mati atau berhenti beroperasi. Kenaikan tekanan dikepala sumur di tahun 2002, setelah fluida dari lapangan X dialirkan ke station pengumpul lapangan Y, faktor terbesar yang memberikan kenaikan tekanan ini karena perbedaan elevasi antara lapangan X dan lapangan Y. Dimana lapangan X lebih rendah 30 ft dari lapangan Y. Selain itu faktor gesekan juga member kontribusi terdapap kenaikan tekanan di kepala sumur. Dari simulasi, kenaikan elevasi setiap 5 ft akan memberikan kenaikan tekanan sebesar 0.0003 (Psi/m.ft). Didapatkan kenaikan tekanan di lapangan X ditahun 2002 adalah 8000 m x 30 ft x 0.0003 = ~ 72 Psi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Lean Sigma, dimana ada lima tahapan yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan control. Dengan metode lean sigma ini didapatkan bahwa penyebab utama di sumur X007 adalah karena temperatur dipermukaan yaitu 300 meter dari kepala sumur sudah dibawah pour point dan kecepatan fluida yang mengalir kurang dari 1 ft/s. Sehingga terjadi congeal 300 meter dari sumur. Dengan mengabungkan aliran dari sumur terdekat (X002) ke pipa sumur X007, didapatkan temperatur fluida diatas pour point dan kecepatan aliran fluida 2 ft/s. Sumur X007 sudah beroperasi 24 jam/hari.