digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gempabumi dengan magnitudo 7,6 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Sumatra Barat dan area sekitarnya pada tanggal 30 September 2009, pukul 17.16 WIB dengan lokasi episenter pada 0° 84′ LS dan 99° 65′ BT, dengan kedalaman 71 km. Gempabumi tersebut memicu longsoran dengan distribusi dengan skala dan jumlah yang besar. Penelitian tentang longsoran yang dipicu gempabumi tersebut sudah banyak dilakukan, namun bersifat konvensional dan tidak utuh. Analisis penilaian seismic landslide hazard dengan mengintegrasikan data getaran gempabumi, geoteknik, geologi, dan geomorfologi, termasuk inventarisasi longsoran secara spasial dengan pendekatan deterministik. Metode pergeseran Newmark memodelkan blok dengan massa kaku (rigid) tertahan pada bidang miring yang mempunyai sudut. Blok tersebut mempunyai percepatan kritis yang diperlukan untuk mengatasi hambatan geser dan menginisiasi proses meluncur, serta mengalami percepatan dasar sebagai representasi getaran gempabumi. Kumpulan data yang digunakan berupa (1) Inventarisasi komprehensif longsoran yang dilakukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, (2) Peta geologi daerah terjadinya longsoran skala 1:250.000, (3) data mengenai sifat keteknikan unit geologi, (4) Data model elevasi dijital (DEM) 30 m, dan (5) Data kecepatan gelombang geser rata-rata 30 m di bawah permukaan (Vs30). Tahapan penelitian yaitu: (1) Menghitung faktor keamanan statis dengan mengkompilasikan data keteknikan unit geologi dan model sudut lereng yang diperoleh dari model elevasi dijital, (2) Menghitung percepatan kritis yang merupakan kerentanan longsoran dipicu oleh gempabumi dengan mengkombinasikan faktor keamanan statis dengan model sudut lereng, (3) Menghitung Arias intensity sebagai model getaran gempabumi yang dibatasi dari persamaan empiris penelitian lain dengan cara mengkombinasikan data Vs30, dengan sebelumnya menentukan nilai Vs30 yang diperoleh dari persamaan empiris penelitian lain, dan nilai jarak bidang sobekan dengan daerah penelitian, dan data gempabumi (magnitudo, sumber dan jenis), (4) Menghitung pergeseran Newmark menggunakan persamaan empiris penelitian lain dengan mengkombinasikan hasil model percepatan kritis dan Arias intensity, dan (5) membuat kurva untuk menghitung probabilitas keruntuhan lereng sebagai fungsi pergeseran Newmark, dengan cara membandingkan inventarisasi longsoran dengan pergeseran Newmark yang sudah diklasifikasikan secara interval, sehingga dihasilkan plot bagian longsoran setiap interval pergeseran. Hasil yang diperoleh berupa model pergeseran Newmark pada daerah penelitian yang dihasilkan diperoleh nilai antara 0 – 227,4 cm untuk kondisi semua situs dan nilai antara 0 – 257,5 cm untuk kondisi situs batuan. Untuk perhitungan probabilitas keruntuhan lereng, pergeseran Newmark tidak berkorelasi dengan baik. Probabilitas keruntuhan lereng yang terjadi pada pergeseran yang kecil (0 – 1 cm) dengan jumlah bagian maksimum mencapai 40,15 % untuk masing-masing kondisi situs, baik semua situs maupun situs batuan. Hal ini bisa dijelaskan dengan masukan data pada model dengan pembatasan yang dihasilkan. Penggunaan model elevasi dijital resolusi 30 m yang kurang baik, kuantitas dan penilaian data geoteknik yang diperoleh, dan penggunaan persamaan empiris untuk mendapatkan model Arias intensity sehingga menghasilkan pembatasan model dengan kualitas yang tidak baik. Data kuat geser dalam model digunakan nilai kuat puncak, ditambah dengan penilaian berat isi dengan tujuan menghasilkan model stabil statis dengan membatasi nilai FS ≥ 1. Penilaian terhadap variabilitas data kuat geser dan berat isi tersebut mengakibatkan terdapat bagian longsoran (29,2 %) yang terdapat pada daerah dengan nilai FS ≥ 1 yang tidak termasuk dalam analisis yang memberikan kontribusi berkurangnya jumlah probabilitas keruntuhan. Kenyataan bahwa sedang berlangsung hujan saat terjadi longsoran, membuat asumsi penilaian pada nilai bagian lapisan yang jenuh dan penilaian secara representatif pada wilayah skala regional ikut memberikan ketidakpastian terhadap model tersebut. Model Arias intensity yang dihasilkan, diperoleh dengan masukan nilai Vs30 dari pembatasan persamaan empiris penelitian lain, sehingga ikut memberikan ketidakpastian. Dengan nilai Arias intensity yang dihasilkan kecil, dengan berbagai nilai percepatan kritis, nilai pergeseran Newmark yang dihasilkan akan didominasi oleh nilai kecil (kurang dari 1 cm). Dengan peningkatan terhadap kuantitas dan kualitas data diharapkan dapat berguna dalam analisis yang lebih komprehensif sehingga menghasilkan pengukuran model yang mendekati performa di lapangan. Kemudian dengan mempertimbangkan keterbatasan dan penyederhanaan, analisis ini dapat diterapkan sebagai metode alternatif untuk menentukan kategori bahaya secara regional prediksi longsoran yang dipicu oleh gempabumi ke depan.