Variasi lingkungan pengendapan mempengaruhi kualitas batubara yang dihasilkan, diantaranya berupa ketebalan, distribusi, kontinuitas, dan berbagai parameter kualitas batubara seperti kandungan abu, zat terbang, dan lain-lain. Interpretasi lingkungan pengendapan dapat dilakukan berdasarkan berbagai sifat kimia, fisika, dan petrografi batubara. Analisis proximate dan ultimate dilakukan pada sampel batubara dari Seam C, dimana menunjukkan Seam C tersebut terbentuk pada lingkungan ombrogenous yang selalu basah. Dari analisis petrografi, sifat-sifat atribut maseral menunjukkan Seam C tersebut terutama terbentuk dari tumbuhan berbahan kayu pada kondisi reduksi, sedangkan sifat-sifat skalar maseral menunjukkan lingkungan pengendapan batubara bergeser dari lower menuju upper delta plains. Seam C yang terbentuk pada lingkungan transisi lower menuju upper delta plains. Pergeseran tersebut menyebabkan adanya perbedaan pada sebaran kualitas, diantaranya berupa ketebalan, distribusi, kontinuitas, dan berbagai parameter kualitas batubara seperti kandungan abu, sulfur, moisture dan nilai kalori, sehingga berpengaruh pula pada kemungkinan potensi dan pemanfaatan batubaranya.