Salah satu permasalahan lingkungan yang penting dalam industri pertambangan adalah air asam batuan. Tailing dapat menjadi salah satu sumber air asam batuan karena mengandung mineral sulfida. Dalam penelitian ini, difokuskan pada tailing yang ditimbulkan dari proses pengolahan bijih tembaga-emas PT Freeport Indonesia
sebelum dialirkan ke ModADA. Untuk meningkatkan rasio ANC/MPA (Acid Neutralizing Capacity/Maximum Potential Acidity) sebesar dua kali lipat, batu gamping juga ditambahkan ke dalam tailing tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tailing tersebut dalam jangka panjang, baik yang diberi
maupun tidak diberi batu gamping. Dalam penelitian ini, data hasil uji kinetika kolom pelindian akan digunakan untuk mengestimasi tingkat kejenuhan suatu mineral (saturation index) dalam leachate dan reaksi-reaksi yang terjadi berdasarkan transfer mol (back-analysis). Untuk
mengestimasi transfer mol, digunakan software PHREEQC 3.00 dengan database WATEQ4f. Menurut hasil uji kolom pelindian, pH sampel tailing tanpa penambahan batu
gamping akan menjadi asam setelah bulan ke-25. Sedangkan pada sampel tailing dengan penambahan batu gamping memiliki pH yang relatif stabil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mineral sulfida dalam tailing membutuhkan waktu hingga kurang lebih dua tahun untuk teroksidasi secara efektif dan menimbulkan keasaman
yang kurang dapat dinetralkan oleh senyawa penetral. Hal ini dapat disebabkan oleh pelapukan (weathering) mineral sulfida dalam endapan bijih yang membutuhkan waktu cukup lama relatif terhadap pelapukan mineral sulfida dalam endapan batu bara. Berdasarkan estimasi transfer mol pirit, laju oksidasi pirit pada sampel tailing tanpa penambahan batu gamping (sampel T) cenderung stabil pada 6,7 - 17 gram/ton tailing/hari (periode bulan ke-60 – 66) kemudian menurun mulai periode leaching bulan ke-80.
Efek dari penambahan batu gamping terlihat setelah bulan ke-25 (kurang lebih dua tahun). Batu gamping memiliki peranan yang sangat penting karena dapat mempertahankan pH meskipun setelah dua tahun periode leaching berlangsung. Berdasarkan mol transfer, batu gamping cenderung bereaksi dengan lebih stabil pada awal periode leaching hingga bulan ke-76 (2,78x10-8 – 1,3x10-7 mol/kg leachate), dibandingkan dengan periode setelah bulan ke-76. Saturation index batu gamping yang rendah (sekitar -20) menunjukkan bahwa batu gamping sangat terlarut (tidak jenuh).