Peta potensi energi angin lepas pantai yang akurat, memiliki resolusi tinggi, dan tidak tergantung pengukuran in situ sangat dibutuhkan untuk mengurangi biaya pengukuran langsung dan mendorong pengembangan teknologi PLT Angin di Indonesia. Dalam penelitian ini, dilakukan teknik asimilasi data nudging FDDA untuk memperbaiki akurasi model cuaca skala meso WRF di lepas pantai selatan Jawa Barat dengan menggunakan data angin permukaan laut Cross-Calibrated Multi-Platform (CCMP) sebagai data asimilasi. Uji sensitifitas parameterisasi planetary boundary layer (PBL) terhadap lima hari uji menghasilkan skema PBL YSU menjadi skema yang paling mendekati data stasiun pengamatan di Sukabumi. Selanjutnya PBL YSU digunakan dalam simulasi sepanjang tahun 2008 dan diverifikasi dengan data stasiun pengukuran. Hasil verifikasi menunjukkan asimilasi data FDDA dapat mereduksi nilai RMSE dan menghasilkan pola distribusi angin mirip dengan data stasiun pengukuran. Tiga lokasi yang menjanjikan di daratan dan di perairan pantai selatan Jawa Barat untuk pembangkit tenaga angin lepas pantai ditemukan dari peta rapat daya dan peta Annual Energy Production. Analisa berdasarkan potensi ketersediaan lahan dan kebutuhan energi masyarakat menunjukkan Kabupaten Sukabumi lebih potensial menjadi lokasi pengembangan energi angin. Namun demikian, perhitungan estimasi biaya prosduksi energi (CoE) menghasilkan pengembangan energi angin belum kompetitif dibanding harga jual listrik PLN, kecuali jika ada perbaikan kebijakan Feed in Tariff dan harga beli listrik dari sumber energi terbarukan oleh PLN.