digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perubahan iklim dapat memiliki dampak pada siklus hidrologi melalui curah hujan, evapotranspirasi, dan kelembaban tanah akibat peningkatan temperatur. Proyeksi perubahan curah hujan dan temperatur masa depan menjadi parameter utama yang diperlukan untuk menghitung perubahan potensi ketersediaan sumber daya air mendatang. Dibutuhkan informasi tentang dampak lokal atau regional dari perubahan iklim terhadap kestabilan airtanah. Masih sedikitnya penelitian tentang potensi dan proyeksi kondisi airtanah di daerah Parepare terutama akibat perubahan iklim dan tataguna lahan, dan pemompaan, maka penelitian ini menjadi penting. Karakteristik iklim yang khas menjadikan tantangan tersendiri dalam proses memproyeksikan perubahan iklim dalam penelitian ini. Dari hasil semua scenario untuk tahun 2050, proyeksi penurunan muka airtanah terbesar terjadi dikarenakan faktor pemompaan yang mencapai 27 meter dari muka airtanah awal (2014). Meskipun nilai penurunan muka airtanah tertinggi hanya mencapai 7 meter dari kondisi muka airtanah awal pada tahun 2014, skenario perubahan iklim menunjukkan sebaran penurunan muka airtanah dengan luasan yang paling besar. Pengaruh perubahan tataguna lahan menunjukkan perubahan yang cukup signifikan dengan angka penurunanmuka airtanah mencapai 14 meter dari kondisi tahun 2014. Pengambilan airtanah yang terfokus di sekitar pesisir pantai barat Kota Parepare dapat memicu terjadinya intrusi airlaut. Pada skenario proyeksi intrusi yang mungkin terjadi pada tahun 2050, daerah yang mengalami intusi air laut adalah Kecamatan Soreang yang berada pada pesisir Barat Laut Kota Parepare. Pengaruh intrusi air laut pada kawasan tersebut mencapai 1325 meter dari garis pantai. Daerah yang berpotensi terjadi intrusi airtanah berada di wilayah pemukiman padat penduduk. Jumlah pemompaan airtanah sebaiknya dikurangi agar kualitas airtanah tidak terganggu.