2015 TS PP HARIES SATYAWARDHANA 1-COVER.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2015 TS PP HARIES SATYAWARDHANA 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2015 TS PP HARIES SATYAWARDHANA 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2015 TS PP HARIES SATYAWARDHANA 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2015 TS PP HARIES SATYAWARDHANA 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2015 TS PP HARIES SATYAWARDHANA 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Ena Sukmana 2015 TS PP HARIES SATYAWARDHANA 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Ena Sukmana
Penelitian mengenai awal musim dengan kriteria curah hujan dasarian di Indonesia telah banyak dilakukan, namun data yang digunakan masih memiliki keterbatasan dalam periode analisis, resolusi spasial yang masih rendah dan masih belum dapat menghasilkan proyeksi ke
depan. Penggunaan model iklim adalah jawaban untuk mengatasi semua keterbatasan tersebut. Penelitian ini menggunakan model CCAM (Conformal Cubic Atmospheric Model) untuk downscaling dari data model iklim global sebagai gambaran periode proyeksi dan data reanalisis NCEP/NCAR (National Center for Environmental Prediction/National Center for Atmospheric Research) sebagai gambaran kondisi saat ini (baseline). Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah Pulau Jawa dengan batas 5.5˚ – 11,5˚ LS dan 105˚ – 115˚ BT. Periode waktu yang digunakan adalah periode tahun 1991 – 2010 (20 tahun) yang merupakan kondisi saat ini dan periode 2011 – 2030 yang merupakan proyeksi ke depan. Penentuan awal musim pada penelitian ini menggunakan kriteria curah hujan dasarian BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode baseline, sebagian besar daerah mempunyai awal musim kemarau (AMK) yang terjadi pada dasarian 13 – 19, sedangkan untuk proyeksi sebagian besar didominasi oleh AMK yang terjadi pada dasarian 12 – 17. Awal musim hujan (AMH) baseline di Jawa bagian barat dan tengah dominan terjadi pada dasarian 27 – 32, sedangkan bagian timur terjadi pada dasarian 29 – 35. Proyeksi dengan menggunakan skenario A2 IPCC menyimpulkan perubahan AMK
yang terjadi di sebagian besar daerah Pulau Jawa adalah maju atau AMK datang lebih cepat, sedangkan AMH cenderung mundur atau datang lebih lambat dari baseline. Dengan kata lain, Pulau Jawa diproyeksikan mengalami musim kemarau yang lebih panjang dan musim hujan yang lebih pendek dibandingkan kondisi saat ini. Musim kemarau yang lebih panjang akan mengakibatkan kekeringan di sebagian besar Jawa dan diperparah dengan menurunnya curah hujan pada musim kemarau.