digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia merupakan daerah rawan bencana karena terletak diantara 3 lempeng dunia yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang akan selalu bergerak dan menyebabkan gempa bumi. Hampir setiap pulau di Indonesia rawan akan gempa bumi termasuk Pulau Jawa. Salah satu kejadian bencana yang menimbulkan dampak cukup besar yaitu bencana gempa bumi 2 September 2009 yang berpusat di Tasikmalaya. Bencana gempa bumi Tasikmalaya ikut menimbulkan dampak hingga ke Pangalengan. Banyak perumahan dan sarana prasarana yang mengalami kerusakan. Sudah diterapkan 2 tahapan manajemen bencana yaitu tahap tanggap darurat dan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi yang masih berlangsung hingga saat ini, yaitu 10 bulan setelah kejadian bencana. Manajemen Bencana memiliki banyak tahapan, dimana didalam tahapantahapan tersebut terdapat stakeholder-stakeholder yang memiliki peranan penting untuk segala pencapaiannya, begitu pun halnya dengan tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi di Pangalengan. Begitu banyak jadwal rehabilitasi dan rekonstruksi yang mengalami kemunduran, hingga masyarakat perlu menunggu lebih lama untuk dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi. Selain itu terdapat warga yang hingga 10 bulan semenjak kejadian bencana masih tinggal di lokasi pengungsian. Oleh karena itu diperlukan identifikasi peran stakeholder dalam rehabilitasi dan rekonstruksi bencana gempa bumi di Pangalengan dalam bidang fisik perumahan dan sarana prasarana serta seperti apa seharusnya peran tersebut dijalankan.