Film sebagai salah satu media seni merupakan artefak budaya Negara karena secara tidak langsung
mencerminkan masyarakat yang membuatnya. Film dapat dijadikan sebagai sarana penyampaian ide,
pesan, dan isu-isu sosial yang ada dalam masyarakat secara visual dan audial.
Kebutuhan manusia akan informasi dan hiburan mengakibatkan perkembangan dunia film menjadi cukup
pesat. Permintaan tinggi tersebut menumbuhkan minat masyarakat pada segi keprofesionalan pada
bidang pembuatan film untuk kepentingan seni, komersial, jurnalistik, dan informasi. Individu yang
kompeten, kreatif, serta memiliki tanggung jawab dalam berkarya sangat menentukan kemana arah
perfilman Indonesia akan dibawa.
Bangkitnya film Indonesia merupakan kebanggaan setelah mengalami keterpurukan di tanah airnya
sendiri. Industri sinematografi di Indonesia –khususnya kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, dan Surabaya- mulai berkembang ditandai oleh munculnya komunitas film, festival film,
workshop serta diskusi film yang masi bersifat independen. Ironisnya, keadaan ini tidak disertai dengan
adanya jenjang pendidikan sesuai yang dapat menghasilkan tenaga-tenaga profesional dalam bidang
film.
Dalam hal ini maka Indonesia memerlukan institusi pendidikan dengan fasilitas pendukung yang baik
sehingga mampu membekali sumber daya manusianya untuk membuat film yang berkualitas dan
memiliki pemikiran terhadap perkembangan budaya Indonesia pada khususnya. Masyarakat Indonesia
sendiri perlu ditingkatkan apresiasinya terhadap karya seni film untuk menghargai karya anak bangsanya
sendiri di tengah maraknya film-film asing. Untuk mencapai itu semua, dibutuhkan fasilitas yang
mendukung kegiatan film, baik formal maupun informal sehingga seluruh masyarakat Indonesia paham
benar akan budayanya melalui media film.