Masalah pengukuran kinerja merupakan salah satu isu penting dalam organisasi publik, yaitu belum adanya sistem pengukuran kinerja yang dirancang secara sistematis untuk menjaga validitas dan kehandalan informasi kinerja, belum ada keterkaitan yang memadai antara ukuran-ukuran kinerja dengan sasaran strategik, dan kurangnya inisiatif pengembangan sistem pengukuran kinerja yang memenuhi kebutuhan instansi yang bersangkutan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pengukuran kinerja pada organisasi publik lebih terfokus kepada kinerja keuangan sehingga kurang memadai dalam mencerminkan kinerja. Pengukuran kinerja sebaiknya mempertimbangkan ukuran keuangan dan non keuangan yang memiliki hubungan dinamis terhadap strategi, memperhatikan aspek sumber daya manusia dan proses operasi yang kurang terlihat dalam balance sheet, dan terintegrasi dalam suatu sistem pengukuran kinerja. Organisasi publik sebaiknya juga menyediakan mekanisme untuk mengukur dan memperbaiki pelayanan kepada publik.
Penjelasan hal-hal di atas menyimpulkan bahwa organisasi publik memerlukan suatu sistem pengukuran kinerja yang mempertimbangkan ukuran keuangan dan non keuangan, yang selaras dengan strategi organisasi, dan menyediakan mekanisme perbaikan apabila hasil kinerja tidak sesuai dengan target yang diharapkan.
Penelitian ini mengembangkan model pengukuran kinerja pada balai pendidikan dan pelatihan industri sebagai organisasi publik, dengan menggunakan Niven (2003) sebagai model dasar yang mempertimbangkan aspek pelanggan sebagai tujuan organisasi, dan mengusulkan tindakan perbaikan terhadap ukuran kinerja yang belum memenuhi target. Beberapa penelitian yang digunakan sebagai pendukung untuk merumuskan kriteria kinerja di dalam penelitian ini adalah Kaplan dan Norton (1996), Kloot dan Martin, (2000), Holmes et al, (2006), dan Wu et al, (2009).
Model pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan empat perspektif, 12 sasaran strategik dan 20 ukuran, yang diselaraskan terhadap strategi.
i
Pengumpulan data sekunder menggunakan dokumen yang dimiliki oleh Balai Diklat Industri Regional V Surabaya, dan pengumpulan data primer melalui wawancara dan penyebaran kuesioner. Pengolahan data dengan menggunakan metode Analytic Network Process. Hasil pengukuran kinerja memberikan kesimpulan bahwa BDI Regional V Surabaya menunjukkan kinerja sebesar 95.6%, dan dapat dikategorikan baik. Selisih 4.4% dari target sebesar 100% disebabkan karena beberapa ukuran yang belum mencapai target, yaitu utilisasi kelas, jumlah rencana kegiatan yang disetujui dalam Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA), dan utilisasi laboratorium komputer.