Salah satu sumberdaya mineral di Indonesia yang mempunyai peranan yang cukup besar adalah timah. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dari suatu penambangan timah, maka diperlukan metode yang tepat dari setiap tahapan-tahapan eksplorasi dan penambangannya. Apabila metoda eksplorasi sudah
mempertimbangkan aspek genesa dan aspek spasial, maka akan diperoleh hasil perhitungan sumberdaya dengan tingkat keyakinan yang baik.
Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara struktur spasial yang akan dilihat dari model variogram terhadap kerapatan data pemboran untuk endapan di
darat dan laut, sehingga diharapkan dapat ditentukan spasi pemboran yang optimum untuk endapan timah aluvial di darat maupun di laut. Jarak pemboran eksplorasi di
darat rata-rata adalah 40 m, sedangkan di laut adalah 100 m. Dari hasil analisis variogram pemboran darat didapatkan jarak pengaruh untuk kadar timah dihitung (TDH) sekitar 80 – 190 m, sedangkan untuk ketebalan sekitar 135 – 275 m. Untuk hasil analisis variogram pemboran laut didapatkan jarak pengaruh untuk TDH adalah 365 m, sedangkan untuk ketebalan adalah 320 m. Dari
hasil perhitungan nilai rasio nugget diketahui bahwa TDH darat dan laut memiliki rasio nugget yang cukup rendah yaitu sekitar 10% dan 4%, sehingga estimasi kadar
timah dapat dilakukan dengan metode Ordinary Kriging (OK). Sedangkan rasio nugget untuk ketebalan di darat dan laut cukup tinggi yaitu 54% dan 59%, sehingga
estimasi disarankan dengan metode Moving Average (MA). Dari perbandingan Rasio nugget effect dan range terhadap spasi bor, didapat kesimpulan bahwa spasi pemboran dengan spasi 40 m di darat dan 100 m di laut sudah cukup optimum.