digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sepuluh tahun belakangan ini, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan pandangan Bank Dunia pada bulan Juni tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bertahan sebesar 6.2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi memunculkan kesempatan pada bisnis pakaian formal. Pertumbuhan ekonomi menciptakan lapangan pekerjaan ditambah lagi dengan pertumbuhan populasi pekerja meningkatkan permintaan yang tinggi akan pakaian formal. Nicosie adalah perusahaan yang ikut engambil kesempatan ini. Nicosie memulai bisnisnya di Yogyakarta dengan membuka sebuah toko pakaian. Penjualan pakaian formal Nicosie menurut pemiliknya masih belum memuaskan karena strategi marketing yang minim. Karena itu Nicosie menjadikan PT. X yang merupakan perusahaan pakaian besar di Indonesia sebagai bahan pembelajaran untuk mencapai strategi pemasaran yang baik agar dapat meningkatkan penjualan produk formalnya. Metode dan hasil yang didapat dari penelitian pada PT. X diharapkan dapat memberikan bantuan bagi Nicosie untuk mengembangkan perusahaan dan tentunya dapat diaplikasikan sesuai dengan skala perusahaan. PT. X yang akan menjadi model bagi Nicosie, adalah perusahaan garmen yang didirikan tahun 1970 sebagai industri rumahan. PT. X kemudian mengembangkan usahanya menjadi perusahaan pakaian yang memiliki pasar di dalam dan luar negri. PT. X memiliki beberapa merek, yaitu: Harley, Gionino, Giosurf, Cardinal dan Campari. Merek yang paling terkenal adalah Cardinal yang memiliki beberapa unit produk, yaitu: pakaian formal, pakaian wanita, pakaian casual, dan jeans. Penelitian ini dibatasi pada produk formal Cardinal yang diantaranya adalah kaos, celana, batik, kaos berkerah, jas, blazer, rok, dan aksesoris seperti dasi, tas tangan, dompet,, dan sabuk. Bukan hal yang mudah untuk menjadi perusahaan pakaian terkemukan di Indonesia. PT. X selaku perusahan besar juga memiliki permasalahan pada penjualan. Berdasarkan wawancara, analisis menggunakan analisis internal (STP dan Marketing mix) and analisis external (competitor, collaborator, dan Porter’s Five Forces), Cardinal memiliki permasalah pada tingginya persaingan terhadap The Executive. Kemudian selanjutnya analisis dilakukan pada Cardinal dengan pesaingnya ini. Pada analisis cluster didapatkan bahwa konsumen Cardinal lebih kepada Cluster 1, sedangkan The Executive memiliki konsumen lebih terkonsentrasi di Cluster 2 yang memiliki anggota lebih banyak dibanding Cluster 1. Karena itu Cardinal harus memperluas bisnisnya juga ke Cluster 2. Analisis diskriminan memperlihatkan bahwa atribut 7P yang diutamakan oleh konsumen pada Cluster 2 adalah produk yang up to date, ketersediaan penjualan website dan online, pelayanan pendukung, sponsorship, periklanan pada media elektronik, pengadaan event, lokasi penjualan, dan kecepatan pembayaran. Analisis juga dilakukan pada konsumen secara keseluruhan dengan menggunakan analisis IPA. IPA analisis menunjukkan bahwa ada tiga atribut yang harus ditingkatkan karena performansi Cardinal rendah padahal atribut ini sangat penting menurut konsumen, atribut ini adalah pengetahuan produk SPG/SPB, keterjangkauan harga, dan program diskon.Rencana implementasi yang harus dilakukan oleh Cardinal adalah pengembangan produk pada dimensi up to date, pengembangan daya tarik terhadap penampilan SPG, penambahan proses pada pelayanan pendukung, peningkatan pada penjualan online dan website, dan pengembangan promosi menggunakan Integrated Marketing Communication pada radio, televisi, diskon, voucher, kartu member, penghargaanuntuk personel penjualan, sosial media, sponsor pada program TV, dan event amal dan beasiswa. Dari analisis yang dilakukan pada PT. X, ditemukan bahwa konsumen pakaian formal terbanyak ada pada Kluster 2, yaitu sebanyak 60%. Maka dari itu Nicosie diusahakan melakukan pemasaran dan performansi pada atribut yang dianggap penting oleh konsumen pada Cluster 2. Adanya keterbatasan anggaran, maka dari itu Nicosie hanya melakukan strategi marketing yang mekan biaya kecil dengan menggunakan internet.