digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kabupaten Indramayu adalah salah satu daerah penyumbang jumlah TKI terbesar di Jawa Barat (Kompas, 2010). Setiap tahun sekitar lebih dari 600 milyar rupiah tercatat dikirim ke Kabupaten Indramayu oleh para migran atau TKI kepada keluarga mereka (Bappeda Indramayu, 2010). Jumlah yang besar ini mengindikasikan besarnya potensi dampak yang ditimbulkan oleh remitan terhadap perekonomian dan pembangunan di Kabupaten Indramayu. Selain mendapatkan sumber daya yang cukup, migrasi juga dapat menjadi sumber daya yang dapat dikirimkan ke daerah asal untuk meningkatkan ketahanan (resilience) terhadap bencana. Sejauh mana peran remitan di dalam pengurangan risiko bencana masih belum banyak diteliti di Indonesia. Secara sadar atau tidak, masyarakat yang terkena dampak atau mungkin terkena potensi bencana akan melakukan tindakan persiapan. Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat adalah bermigrasi meninggalkan daerah asal untuk mendapatkan sumber daya yang cukup. Indramayu terletak persis di pinggir laut Jawa, kalau terkena dampak kenaikan permukaan air laut, maka kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu akan terkena banjir. Remitan apabila dikelola dengan baik, akan dapat meningkatkan ketahanan ketika terjadi bencana. Karena itu, penelitian ini ingin melihat sejauh mana remitan bisa digunakan untuk mengurangi risiko bencana. Permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan adalah: Apa karakteristik tenaga kerja Indonesia dilihat dari negara tujuan, jenis pekerjaan, frekuensi keberangkatan, umur pada saat pertama kali berangkat, pendidikan, dan jenis pekerjaan? Bagaimana latar belakang keluarga tenaga kerja Indonesia dilihat dari aspek jenis pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, pendapatan total keluarga sekain dari remitan, dan jumlah anggota keluarga? Bagaimana pola pemanfaatan remitan oleh keluarga di daerah asal? Seberapa jauh perubahan kesejahteraan keluarga dilihat dari perubahan kondisi fisik rumah? Bagaimana potensi bencana banjir di Kabupaten Indramayu? Seberapa jauh peran remitan bisa berpotensi digunakan untuk mengurangi risiko bencana? Lokasi studi dilakukan di 10 desa/kelurahan di Kecamatan Indramayu, Ibukota Kabupaten Indramayu. Total responden yang disurvei adalah sebanyak 237 orang yang merupakan mantan TKI atau anggota keluarganya adalah TKI. Temuan studi ini mengindikasikan bahwa dari tingkat pendidikan, umumnya para TKI berpendidikan SD (44,3%) dan SMP (31,2%). Sebagian besar para TKI pergi ke Timur Tengah karena proses menjadi TKI ke negara-negara tersebut yang tergolong mudah dan tidak membutuhkan keterampilan khusus. Sebagian besar para TKI berangkat pertama kali pada umur di bawah 30 tahun (88%). Dari responden-responden yang disurvei, diperoleh angka total remitan mencapai sebesar Rp. 14 miliar. Ini berarti rata-rata setiap TKI mengirimkan total sekitar Rp. 59 juta uang remitan. Secara umum, penggunaan remitan dapat diklasifikasikan menjadi empat alokasi, yaitu: alokasi pembangunan fisik (perbaikan rumah dan membangun rumah), alokasi penggunaan investasi modal usaha (pembelian tanah, sawah, hewan dan modal usaha), tabungan, dan konsumsi. Dari empat jenis alokasi ini, alokasi terbanyak terdapat untuk konsumsi (41%). Sementara itu, alokasi untuk pembangunan fisik dan investasi, yang mungkin digunakan untuk investasi mitigasi bencana adalah sebesar 48%. Potensi bencana banjir di Kabupaten Indramayu tergolong cukup besar, terlihat dengan beberapa kejadian bencana di beberapa kecamatan di Kabupaten Indramayu. Kota Indramayu sendiri yang menjadi lokasi studi, tergolong memiliki resiko kecil terhadap bahaya banjir untuk saat ini. Akan tetapi, bila mengikut sertakan skenario kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim, Kota Indramayu termasuk memiliki potensi resiko bencana banjir yang tinggi, karena kondisi topografinya yang berada pada dataran rendah, relatif datar dan dekat dengan pantai. Dari analisis pola penggunaan remitan, pada dasarnya terdapat peluang penggunaan uang remitan untuk menjadi potensi investasi mitigasi bencana, yaitu dari alokasi yang digunakan untuk investasi usaha dan pembangunan fisik. Akan tetapi dari pembangun fisik, terlihat rumah-rumah yang dibangun belum mempertimbangkan skenario banjir atau peluang kenaikan muka air laut. Pemerintah Kabupaten Indramayu sebagai daerah yang menghasilkan banyak TKI dan di saat yang bersamaan merupakan daerah yang memiliki kerawanan terhadap banjir, perlu mempertimbangkan potensi pemanfaatan uang remitan tersebut dalam kegiatan pengurangan resiko bencana.