Fenomena longsor merupakan hal yang sering terjadi di Jawa Barat. Salah satu tempat yang paling sering mengalami longsor adalah di daerah Ciloto, Puncak. Diawali pada tahun 1988, kejadian longsor Ciloto mengakibatkan penurunan permukaan jalan yang diikuti dengan pergerakan tanah hingga lebih dari 1,5 meter dan terus diikuti dengan longsor yang berakhir di sungai Cijember (Sadarviana, 2006). Maka dari itu, selain untuk mengetahui besarnya longsoran yang terjadi, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui manfaat apa saja yang didapat dalam memantau longsoran menggunakan TLS
Inti dari pengamatan deformasi dan longsoran dalam bidang geodesi adalah menghitung pergeseran atau perpindahan titik atau objek yang diamati. Oleh karena itu, pengamatan longsor dengan menggunakan teknologi laser scanner harus ada dua data pengamatan yang diambil dalam rentang waktu tertentu agar dapat ditentukan nilai longsorannya. Setelah keduanya melalui proses registrasi, filtering, dan modeling, kita dapat membandingkannya dan mendapatkan nilai pergerakan tanah yang terjadi. Hasil yang didapat, dalam selang 6 bulan (April 2012- Oktober 2012), daerah Ciloto mengalami pergeseran tanah rata-rata sebesar 4mm dan pergeseran tanah maksimum 13mm. Hal ini menunjukan daerah Ciloto masih mengalami longsor sampai saat ini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melakukan pemantauan dengan menggunakan terrestrial laser scanner memberikan beberapa manfaat, antara lain pemantauan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan hasil yang diperoleh dapat merepresentasikan pergerakan longsor yang terjadi.