Cekungan Jawa Timur-Lombok merupakan salah satu target eksplorasi yang menjanjikan untuk mencari synrift plays. Tetapi, walaupun seluruh komponen yang diperlukan untuk adanya akumulasi hidrokarbon dapat ditemukan di daerah ini, namun faktanya tingkat keberhasilan eksplorasinya relatif rendah. Studi-studi terdahulu menyebutkan bahwa secara umum sumur-sumur kering di cekungan Jawa Timur-Lombok ini sebagian besar disebabkan oleh masalah migrasi, karena tidak ada atau kurangnya komunikasi antara batuan reservoir dengan batuan sumber di daerah ini. Batupasir endapan synrift dari Formasi Ngimbang dan Pre-Ngimbang dipercayai sebagai lapisan pembawa utama untuk migrasi dan pada beberapa kasus juga berperan sebagai reservoir (misalnya di sumur L46-1 & lapangan Pagerungan). Sementara serpih danau endapan synrift berperan sebagai batuan sumber utama dan sebagian juga berperan sebagai batuan tudung. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengerti penyebaran fasies endapan synrift di daerah ini, guna mengurangi ketidakpastian dalam hal migrasi, perkiraan geometri batuan reservoir serta implikasi umum lainnya terhadap eksplorasi hidrokarbon di daerah ini.Penelitian ini dirancang untuk membuat model penyebaran fasies endapan synrift dengan menggunakan teknik pemodelan geo-cellular tiga dimensi yang mengintegrasikan data sumur dan data seismic yang tersedia dengan model konseptual geologi yang baik dari analogi dengan kondisi masa kini. Penelitian ini terbagi dalam lima langkah utama yang meliputi; identifikasi dan rekonstruksi cekungan rift, pembagian unit pengendapan synrift, pengenalan litologi dari data sumur dan seismic, pemodelan penyebaran facies, dan terakhir analisis dari hasil pemodelan tersebut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur geometri cekungan rift di daerah penelitian tersusun oleh suatu rangkaian half-grabens berpolaritas sama dengan kemiringan umum ke utara, dan membentuk kelurusan umum pada arah WNW-ESE dengan panjang rata-rata sekitar 20 km dan lebar sekitar 10 km. Evolusi cekungan rift di daerah penelitian dapat dibagi kedalam tiga fase utama; rift initiation, rift climax and immediate post-rift. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa tiap fase evolusi cekungan rift memiliki pola penyebaran fasies yang berbeda-beda; tahapan rift initiation didominasi oleh facies batupasir kasar konglomeratan dan batupasir fluvial. Rift climax didominasi oleh fasies serpih danau, pasir halus dan serpih pasiran. Sementara immediate post rift didominasi oleh fasies batupasir kasar konglomeratan dan batupasir fluvio-deltaic. Masing-masing fasies memiliki peranan yang penting bagi aspek sistem petroleum dan implikasi terhadap eksplorasi hidrokarbon di daerah ini.