digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gas serpih adalah gas yang terdapat pada reservoir berbutir halus dan terperangkap di dalamnya. Berbeda dengan hidrokarbon konvensional, gas serpih tidak harus memenuhi persyaratan sistem petroleum karena gas serpih tidak membutuhkan migrasi ataupun batuan penutup. Formasi Kuantan merupakan batuan berumur Karbon – Perm yang merupakan bagian dari blok Sumatra Barat dan pada daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi tiga satuan yaitu Satuan Metamorf, Satuan Serpih dan Satuan Batugamping. Serpih Formasi Kuantan diendapkan pada lingkungan pantai yang berasosiasi dengan lingkungan laut. Tektonik daerah penelitian dimulai dari umur Karbon sampai dengan Recent. Struktur yang berkembang terdiri dari lipatan, sesar dan kekar. Lipatan dengan arah relatif NNE-SSW berupa antiklin pada Satuan Metamorf schistose-biotite pelite dan lipatan dengan arah relatif NW-SE pada Satuan Serpih dan Satuan Batugamping. Terdapat sesar-sesar dengan arah NW-SE yang memotong semua satuan batuan pada daerah penelitian, karena arahnya relatif paralel terhadap sesar Sumatra maka sesar ini diinterpretasikan sebagai sesar mendatar menganan. Total Organic Content (TOC) serpih Formasi Kuantan yang didapatkan dari lima sampel serpih yaitu 0,09% wt – 0,7% wt dengan Hidrogen Index (HI) 0-15 mg/g. Berdasarkan hasil analisis geokimia yang dilakukan, serpih Formasi Kuantan jika dilihat dari nilai Hidrogen Indek (HI) yang < 50 mg/gC didapat kerogen tipe IV dan dari hasil cross plot antara nilai HI dan OI pada diagram van Kravelen, juga memperlihat bahwa serpih ini memiliki kerogen tipe IV. Akan tetapi berdasarkan perbandingan persentase vitrinit dengan inertinit, serpih pada daerah penelitian memiliki persentase vitrinit yang lebih besar dibanding inertinit yaitu 6-16 % sedangkan inertinit berkisar dari 1.6-3,2 %, sehingga diperkirakan batuan ini bukan berasal dari tipe IV. Nilai TAI serpih di daerah penelitian adalah 2 sampai dengan 2+/3- dengan interval kematangan dari early mature sampai late mature atau sebanding dengan nilai Ro 0.6% – 0.9% dan dengan Tmax 435-450. Kerogen tipe I, II dan III bisa berubah menjadi tipe IV karena meningkatnya tingkat kematangan akibat suhu yang tinggi dan akan mengalami perubahan dengan bertambahnya unsur karbon (C) dan mulai kehilangan unsur hidrogen (H) dan Oksigen (O) karena mengeluarkan senyawa H2O dan CH4. Berdasarkan analisis petrografi ditemukan grafit yaitu karbon mati yang diperkirakan disebabkan oleh batuan yang terpapar temperatur yang cukup tinggi karena berada di dekat daerah vulkanik aktif sehingga menyebabkan kandungan organik hilang dan berubah menjadi grafit. Untuk mengetahui nilai awal dari TOC dan total hidrokarbon yang telah hilang maka dilakukan restorasi pada tiga sampel serpih. Berdasarkan nilai rata-rata yang didapatkan dari hasil restorasi, serpih Formasi Kuantan memiliki kualitas TOC yang cukup baik sebagai batuan induk terutama pada contoh serpih daerah Talao dan Tabek Patah memiliki nilai TOC dari 0,5wt %-1,5wt %. Berdasarkan hasil analisis SEM dan EDX, mineral lempung utama yang hadir dalam batuan serpih adalah ilit, klorit dan kaolin. Kuarsa hadir sebagai komponen utama penyusun batuan. Persentase SiO2 yang terdapat dalam batuan adalah 40% - 95%. Hasil analisis batuan secara megaskopis dan mikroskopis menunjukkan serpih di daerah penelitian banyak mengandung pirit, yang mengindikasikan batuan diendapkan pada lingkungan yang mengalami reaksi reduksi, bukan pada lingkungan pengendapan yang mengalami reaksi oksidasi.