Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit mematikan. World Health Organization (WHO) memperkirakan 15 orang dari setiap 100.000 penduduk di dunia mengidap penyakit kanker. Mahalnya biaya pengobatan untuk penyakit kanker dengan metode kemoterapi dan radiasi, dimana beban ekonomi total per pasien bisa mencapai Rp. 1-3 M, telah mendorong masyarakat untuk lebih memanfaatkan tanaman obat tradisional yang khasiatnya belum diketahui secara pasti. Curcuma zedoaria (Zingiberaceae) adalah salah satu tanaman obat tradisional yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia dan Asia untuk pengobatan kanker. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa rimpang tanaman ini memiliki bioaktivitas sebagai antikanker, antimikroba,
hepatoprotektor, antinflamasi, dan lain-lain. Uji aktivitas dari ekstrak n-heksan tanaman ini menunjukkan adanya aktivitas antimikroba yaitu antijamur dan antibakteri. Kajian fitokimia dari tanaman ini telah mengungkap bahwa tanaman ini mengandung senyawa golongan terpenoid baik golongan seskuiterpenoid dan diterpenoid, juga senyawa golongan kurkuminoid serta flavonoid. Senyawa golongan terpenoid adalah senyawa mayor yang terkandung dari rimpang tanaman ini. Walaupun telah terkarakterisasi lebih dari empat puluh senyawa golongan terpenoid dari rimpang tanaman ini akan tetapi pengujian bioaktivitas terhadap senyawa yang berhasil diisolasi dan dikarakterisasi tersebut masih terbatas.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa metabolit sekunder yaitu terpenoid yang terkandung dari ekstrak aseton rimpang Curcuma zedoaria. Proses isolasi metabolit sekunder dari ekstrak aseton rimpang tanaman ini dengan menggunakan metode kromatografi cair vakum (KCV) yang diikuti dengan kromatografi radial(KR) pada tahap pemurnian menghasilkan empat senyawa yang dapat
dikarakterisasi. Penetapan struktur molekul dari keempat senyawa tersebut, dengan menggunakan data spektrum 13C NMR, 1H NMR, DEPT, HMBC, HSQC, dan HMQC, adalah kurkumenol (CZ-1), 5-hidroksi-7(11),9-guaiadien-8-on (CZiv2), kurdion (CZ-3), dan dehidrokurdion (CZ-4). Senyawa CZ-1 dan CZ-2
merupakan senyawa golongan seskuiterpen jenis guaian, sementara senyawa CZ-3 dan CZ-4 berasal dari jenis germakran. Hasil penelusuran dengan menggunakan SciFinder menetapkan bahwa senyawa CZ-2 merupakan senyawa baru. Pengujian sifat sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 dengan metode MTT assay terhadap ekstrak kasar aseton, senyawa CZ-1, dan senyawa CZ-4, menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100 μg/mL mampu menghambat aktivitas sel murin
leukemia P-388 sebesar 110,04%; 97,23% dan 96,92%. Sedangkan pada konsentrasi yang sama senyawa CZ-3 hanya menghambat aktivitas sel murin leukemia sebesar 81,95%. Aktivitas inhibisi ini menunjukkan bahwa senyawa CZ-1 dan CZ-4 keduanya memiliki sifat sitotoksik yang sama terhadap sel murin leukemia P-388 sedangkan senyawa CZ-3 memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih rendah. Hasil perhitungan nilai IC50 terhadap sel murin leukemia P-388 dengan
menggunakan software Origin 8 untuk senyawa CZ-1, CZ-3 dan CZ-4 berturut-turut adalah sebesar 57,4; 61,1; dan 43,8 (mu)g/mL. Berdasarkan nilai IC50 tersebut, maka senyawa CZ-4 memiliki sifat sitotoksik yang paling tinggi diantara ketiga senyawa yang diuji. Dengan membandingkan struktur dan hasil perhitungan IC50 dari sifat sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 disarankan bahwa adanya ikatan rangkap yang dimiliki oleh senyawa CZ-4 pada karbon C-7/C-11 memberikan pengaruh positif terhadap sifat sitotoksik pada senyawa seskuiterpen jenis germakran. Pengujian bioaktivitas antimikroba hanya memperlihatkan senyawa CZ-1 yang aktif terhadap jamur Candida albicans pada konsentrasi
5% b/v. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rimpang C. zedoaria mengandung senyawa CZ-1 - CZ-4, dimana senyawa CZ-4 bersifat paling aktif terhadap sifat sitotoksik diantara senyawa yang lain, sementara senyawa CZ-1 aktif terhadap sifat antijamur.