Lapangan BT adalah salah satu lapangan yang ditemukan di area Ketapang pada tahun 2000an. Hasil tes hidrokarbon pada sumur-sumur yang ditemukan pada lapangan ini berkisar 2000-3000 BOPD pada unit karbonat CD. Pada tahun 2010an ditemukan hidrokarbon pada prospek BTS dengan hasil tes pada sumur BTS-1 berkisar 400-600 BOPD pada formasi yang sama. Perbedaan hasil tes tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kesamaan antara lapangan BT dengan prospek BTS. Analisa stratigrafi sekuen diharapkan mampu membantu untuk memahami perkembangan endapan karbonat pada satuan karbonat CD di daerah penelitian.
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data seismik PSDM 3D, data log tali kawat, dan mudlog. Data lain yang digunakan adalah hasil interpretasi batuan inti, batuan inti samping dan serbuk pemboran baik interpretasi sedimentologi, petrografi dan biostratigrafi. Penentuan Sequence Boundary (SB) di setiap sumur dilakukan dengan mencari ciri-ciri karstifikasi pada hasil interpretasi batuan inti, batuan inti samping dan serbuk pemboran yang juga dikombinasi dengan data log tali kawat. Korelasi antar sumur dilakukan untuk mendapatkan model geologi yang menjadi acuan dalam interpretasi seismik. Interpretasi stratigrafi seismik dilakukan dengan mengacu model geologi dari korelasi sumur dan telah diikat pada data seismik. Peta struktur kedalaman dihasilkan dari hasil interpretasi seismik dan kemudian dilanjutkan dengan peta isopach. Data seismik inversi AI digunakan untuk membantu mengetahui penyebaran porositas.
Analisis stratigrafi sekuen pada data sumur dapat mengidentifikasi 4 SB dan analisis stratigrafi seismik dapat mengidentifikasi 3 SB. Satuan karbonat CD dapat dibagi enjadi 3 siklus pengendapan yang dibatasi oleh SB 1 ke SB 2, SB 2 ke SB 3 dan SB 3 ke SB 4. SB 2, SB 3 dan SB 4 mengakibatkan pembentukan zona karstifikasi dengan ketebalan yang bervariasi. SB 3 dan SB 4 memperlihatkan perubahan secara lateral yaitu karstifikasi lebih intensif dibagian utara di sumur BT-3A, BT-2 dan BT-4 dan relatif berkurang ke arah selatan di sumur BTS-1. Batuan karbonat interval penelitian (CD) berkembang pada sebuah tinggian yang berarah timur laut-barat daya dalam bentuk isolated platform yang besar. Ketika siklus antara SB 1 dengan SB 3 diendapkan, di area sumur BT-2 dan BT-3 merupakan area lagoon/platform interior dan pada area sumur BT-4, BT-1 dan BTS-1 merupakan area reef. Pada masa SB 3 terjadi penurunan relatif muka air laut sehingga seluruh area sumur BT-3A, BT-2, BT-4, BT-1 dan BTS-1 tersingkap ke permukaan dan karstifikasi terjadi pada masa ini. Pada saat yang sama horison 3 diendapkan di bagian selatan area penelitian. Pada siklus antara SB 3 dan SB 4 terendapkan horison 4 yang merupakan proses back stepping pada sebuah transgressive system tract (TST) yang mencakupi area sumur BTS-1, BT-4 dan BT-1. Pada masa ini area sumur BTS-1 merupakan suatu shelf edge atau reef. Sementara itu pada area sumur BT-2 dan BT-3A merupakan daratan yang terbukti dengan adanya coal/black shale pada kedua sumur tersebut. Ketika SB 4 diendapkan area BT-2 dan BT-3A merupakan suatu platform interior, sementara pada area BT-4, BT-1 dan BTS-1 merupakan suatu shelf edge atau reef.
Peta penyebaran porositas menunjukkan area yang lebih porous berada di sebelah utara area penelitian. Kondisi tersebut menunjukkan adanya kontrol karstifikasi terhadap perkembangan porositas. Kondisi ini disimpulkan akibat posisi pengendapan yang berbeda, daerah utara lebih tinggi daripada daerah selatan yang lebih rendah.