digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Batugamping Formasi Kujung I di lapangan Bunda, Cekungan Jawa Timur diinterpretasikan merupakan karbonat buildup yang tumbuh pada tinggian platform terisolasi berarah BBD-TTL. Batugamping ini tumbuh dengan cepat mengikuti kenaikan mukalaut yang terjadi pada Miosen Awal. Pengendapan karbonat dimulai dengan fase start up, catch up, keep up dan give up. Setelah itu karbonat terumbu Kujung I ini berhenti tumbuh akibat eksposur. Hasil analisis laboratorium inti batuan menunjukkan reservoar karbonat batugamping Kujung I pada bagian puncak karbonat buildup memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, namun jika batugamping terumbu tersebut tersemen oleh fosfat maka ada kemungkinan permeabilitas batuannya relatif mengecil. Batugamping terumbu yang tersemen oleh fosfat ini disebut sebagai fosfat guano yang diinterpretasikan sebagai hasil akumulasi sekresi burung yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping akibat pengaruh air hujan dan membentuk semen fosfat.Lapisan fosfat guano diinterpretasikan terbentukakibat eksposur yang disebabkan oleh fluktuasi mukalaut yang terjadi saat pengendapan karbonat. Pemahaman mengenai proses pembentukan batugamping Formasi Kujung I dipelajari berdasarkanhasil analisis inti, log talikawat dan interpretasi seismik 3D. Hal ini membantukorelasi kedua sumur eksplorasi di lapangan Bunda. Perataan horizon seismik dan irisan proporsional sangat membantu dalam menganalisis proses pengendapan dan penyebaran lateral reservoar karbonat batugamping Formasi Kujung I di lapangan Bunda. Pemetaan ketebalan dan analisis atribut IST (Integrated Seismic Trace) digunakan untuk mengetahui geometri reservoar dan pola penyebaran batugamping terumbu dan lapisan fosfat guano. Pola penyebaran lapisan fosfat guano adalah tidak kontinu dan cenderung muncul secara setempat-setempat saja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mengoptimalkan pengembangan lapangan Bunda terutama saat menentukan kedalaman zona reservoar target khususnya pada sumur pengembangan horizontal. Sumur pengembangan horizontal sebaiknya tidak melewati lapisan fosfat guano yang permeabilitasnya relatif lebih rendah.