Kompleks Melange Lok Ulo terletak di wilayah Karangsambung dan Banjarnegara, Jawa
Tengah. Kompleks ini dicirikan oleh batuan Pra Tersiesr dan Tersier sebagai fragmen
yang tertanam secara tektonik dalam matriks lempung. Fragmen tersebut terdiri atas
batuan ofiolit, metamorfik, rijang dan karbonat. Kompleks Melange Lok Ulo itu sendiri
merupakan produk subduksi antara Indo-Australia dan lempeng Eurasia sejak umur
Kapur.
Conto batuan yang diambil secara acak pada fragmen batuan metamorfik
mengindikasikan adanya batuan metamorfik derajat tinggi (high grade) (sekis glaukofan,
granulit dan gness), medium grade (amfibolit dan amfibolit epidot), dan batuan
metamorfik low grade (filit, sekis muskovit dan sekis klorit epidot) dalam wilayah
tersebut.
Batuan metamorfik high grade diwakili oleh sekis glaukofan yang disusun oleh mineral
almandin spesartin, piroksen jenis salit, Fe – salit, augit, Fe – augit, pigeonit; amfibol
jenis glaukofan, krosit dan Mg kataporit. Jenis amfibol lainnya yaitu hornblende, tremolit
dan aktinolit; dan kuarsa. Mineral sekunder yang hadir adalah albit, kuarsa, klorit dan
epidot. Kumpulan mineral – mineral tersebut mengindikasikan bahwa batuan metamorfik
terbentuk pada temperatur 580oC - 500oC dengan tekanan 14,5 kbar – 4 kbar (50 – 14
km).
Batuan metamorf dari medium grade adalah amfibolit dan amfibolit epidot. Amfibolit
didominasi oleh hornblende dan plagioklas. Mineral lainnya adalah garnet dan kuarsa
dengan mineral sekunder yaitu tremolit, aktinolit, epidot dan klorit. Amfibolit mengalami
penurunan P – T (retrograde) sampai temperatur 500oC dengan tekanan 3 kbar
(kedalaman 10 km). Amfibolit epidot terdiri atas hornblende, garnet, plagioklas, aktinolit
dan epidot dengan mineral sekunder adalah kuarsa.
Batuan metamorfik derajat rendah (low grade) yaitu sekis muskovit dan sekis klorit
epidot. Kumpulan mineral pada sekis muskovit (plagioklas jenis albit dan oligoklas;
muskovit, kuarsa, garnet almandin spesartin, klorit dan epidot) mengindikasikan
temperatur 480oC dengan tekanan 6 kbar (kedalaman 21 km), kemudian mengalami
penurunan P – T (retrograde) sampai pada temperatur 290oC dengan tekanan 4 kbar
(kedalaman 14 km).
Tekanan dan temperatur yang diperoleh dari batuan metamorfik high grade (sekis
glaukofan) merupakan interval temperatur – tekanan untuk lingkungan subduksi. Adanya
rekristalisasi piroksen menjadi amfibol dan glaukofan, glaukofan menjadi klorit, klorit
menggantikan garnet pada batuan sekis glaukofan memperlihatkan telah terjadi proses
retrograde. Hadirnya batuan metamorfik derajat rendah seperti filit, sekis muskovit dan
sekis klorit epidot mewakili fase retrograde dalam kondisi tekanan – temperatur lebih
rendah. Data dari batuan metamorfik tersebut menjelaskan proses akresi (accretion) dan
pemunculan (exhumation) batuan metamorfik tekanan dan temperatur tinggi dari
subduksi sampai ke permukaan.