Dewasa ini VoIP semakin berkembang disebabkan oleh keunggulan VoIP dari segi penghematan biaya. Hal ini menyebabkan semakin bertambahnya trafik VoIP yang berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan pengendalian beban. Untuk menjawab permasalahan tersebut, load balancing digunakan sehingga sistem dapat membagi beban ke beberapa server VoIP yang saling terhubung. Implementasi Load Balancing ini membutuhkan satu komputer yang berfungsi sebagai load balancer (penyeimbang beban) dan minimal dua komputer yang berfungsi sebagai server (penyedia layanan). Load balancer berfungsi untuk memilih salah satu server VoIP pada jaringan kemudian meneruskan request yang diminta client sehingga server dapat memprosesnya. Pada tugas akhir ini, protokol signaling VoIP yang digunakan adalah SIP. Untuk memfasilitasi fungsi Load Balancing SIP ini, digunakan perangkat lunak OpenSIPS. OpenSIPS merupakan SIP Proxy yang juga dapat berfungsi sebagai penyeimbang beban. Pengujian dilakukan dengan mencoba keberhasilan fitur failover / backup server yaitu menguji apakah apabila salah satu server mengalami kegagalan, server lain dapat mengambil alih tugas server tersebut untuk sementara waktu hingga server tersebut kembali berfungsi. Selain itu, juga dilakukan pengukuran performa laju panggilan maksimum yang tidak terjadi call loss sebelum dan sesudah implementasi load balancing. Terakhir, dilakukan pengukuran delay dan jitter pada berbagai laju panggilan sebelum dan sesudah load balancing. Hasilnya adalah setelah melebihi 142 panggilan per detik pada server pertama dan 150 panggilan per detik pada server kedua, kedua server mulai mengalami call loss serta naiknya delay dan jitter secara signifikan. Setelah implementasi load balancing, sistem baru mengalami call loss serta naiknya nilai delay dan jitter secara signifikan ketika mencapai 293 panggilan per detik sehingga load balancing meningkatkan performa kinerja sistem dan QoS.