digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kritik seni rupa di negara-negara dunia ketiga memperlihatkan proses untuk menandai tampilnya kesadaran dan semangat pencarian nilai-nilai pluralitas, tampak sejak sepuluh tahun terakhir 1990=2000. Perubahan seperti ini tidaklah segera menunjukkan gejala ke arah penyusunan teori maupun pemikiran kritik seni rupa di tengah perubahan zaman. Dania kritik seni rupa di Indonesia memiliki konsekuensi logis bagi penyusunan fondasi seni rupa yang hendak dibangun sang kritikus seni rupa di Indonesia. Permasalahan identitas kritik seni rupa di Indonesia dilihat dalam entitas kebudayaan modern sudah sedemikian given memiliki batas-batas perbedaan. Identifikasi ideologi kritikus tampak dari kedudukan dan kontribusi pemikirannya pada sistem medan sosial seni rupa modern. Kritik seni memiliki kedudukan dalam struktur pranata seni rupa modern sebagai media perbincangan dan perdebatan, penafsiran dan penilaian karya seni rupa. Pemahaman kritik seni rupa kontemporer membuka kata dan bahasa sebagai komponen tafsiran dalam menetapkan suatu nilai, makna, peringkat dan entitas budaya modern. Kegiatan kritik seni rupa adalah gejala empiris untuk membuka ruang pemahaman bare bagi audiens melalui mediasi lewat penulisan kritik seni. Membaca perubahan medan kritik seni rupa Indonesia bukan pada penyingkiran kesalahpahaman metode pendekatan kritik yang diasumsikan tidak sesuai dengan kenyataan seni rupa modem Indonesia. Melainkan bagaimana mengidentifikasi kecenderungan ideologi kritikus yang berbeda di setiap zaman. Identifikasi atas pemikiran kritis yang diperdebatkan dalam skema pemahaman medan soaial seni rupa di Indonesia dapat dilakukan melalui pendekatan analisis diskursif pada teks kritik. Kenyataan bahwa pemikiran ideologi kritikus seni rupa di Indonesia tidaklah diikuti sebagai satu-satunya metode pendekatan yang mewarisi kecenderungan penulisan kritik di masa berikutnya. Itulah kondisi tanpa tradisi kritik seni rupa di Indonesia.