digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Semakin padatnya lahan di kota-kota besar Indonesia menyebabkan banyak masalah, antara lain tumbuhnya perumahan kumuh yang disebabkan oleh banyaknya penduduk yang tinggal di kota. Masalah lain yang muncul adalah terjadinya arus komuter pada hari kerja sebagai akibat dari banyaknya penduduk yang lebih memilih tinggal di pinggiran kota. Oleh sebab itu pembangunan rumah vertikal atau rumah susun dirasakan perlu digalakkan pada kota-kota besar di Indonesia.Pemerintah Indonesia sebagai fasilitator kota mulai memperhatikan masalah ini sehingga merencanakan program pembangunan 1.000 tower (rusun) di kota-kota besar Indonesia. Di kota Bandung, pembangunan rusun ini direncanakan di dua lokasi, yaitu di Taman Sari dan Jamika. Pada kasus ini, lokasi yang dipilih adalah kawasan Taman Sari.Taman Sari merupakan kawasan multifungsi, sehingga perancangan rusun ini dimaksudkan sebagai fasilitator dan pengikat dari fasilitas lain. Rusun ini diharapkan dapat diminati oleh kalangan masyarakat bawah yang bermata pencaharian di sekitar kawasan tersebut terutama penduduk kampung di dalam kawasan sendiri.Dikarenakan adanya upaya merumahkan kembali masyarakat kampung di dalam kawasan, maka perancangan rusun ini seharusnya dapat merespons isu hunian yang bernuansa kampung. Rusun ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu rusun milik (bagi penduduk yang dirumahkan kembali) dan rusun sewa (bagi pendatang). Masing-masing kelompok blok memiliki ruang terbuka masing-masing. Kedua kelompok hunian tersebut dihubungkan oleh area komersial berupa pujasera dan retail kecil. Sebagai fasilitas hunian, rusun ini memiliki kepadatan penduduk mencapai 725 jiwa per hektar.