Ketersediaan rumput gajah dapat diperoleh secara kontinu dan melimpah, seringkali hanya digunakan sebagai makanan ternak, dan terkadang rumput gajah juga dianggap sebagai tanaman pengganggu. Rumput gajah mempunyai kadar selulosa, glukosa, pati yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan penghasil etanol. Kadar etanol yang diperoleh dari kajian produksi bioetanol dari rumput gajah antara 7-11%. Untuk meningkatkan kemurnian kadar etanol dilakukan pemisahan menggunakan distilasi batch. Dalam penelitian kajian produksi bioetanol dari rumput gajah dilakukan proses hidrolisis pada kondisi tetap suhu 30 oC, air 7 liter, waktu hidrolisis 1 jam, dan kondisi berubah yaitu berat rumput gajah 50, 100, 150, 200, 250, dan 300 gram, volume larutan HCl 10, 20, 30, 40, 50 mL. Kemudian dilanjutkan proses fermentasi pada kondisi tetap suhu 30 oC, pH 4,5, volume fermentasi 500 mL dan kondisi berubah yaitu waktu fermentasi 4, 5, 6, 7, 8 hari, dan starter 8, 10, dan 12%. Dari penelitian kajian produksi bioetanol dari rumput gajah diperoleh hasil terbaik yaitu: berat rumput gajah 200 gram, starter Saccharomyces cerevisiae 10% selama 6 hari, menghasilkan etanol sebesar 27,71% dan kadar glukosa sisa 8,09%. Untuk memperoleh produk etanol yang lebih murni dilakukan proses pemisahan lanjutan dengan distilasi batch, setelah dilakukan pemisahan lanjut diperoleh kadar etanol 90–95%, sehingga rumput gajah dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioetanol.
Perpustakaan Digital ITB