digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TA PP FERY A SOEDARMO DAN BAGUS KRESTIONO 01-COVER.pdf


2009 TA PP FERY A SOEDARMO DAN BAGUS KRESTIONO 01-BAB 1.pdf

2009 TA PP FERY A SOEDARMO DAN BAGUS KRESTIONO 01-BAB 2.pdf

2009 TA PP FERY A SOEDARMO DAN BAGUS KRESTIONO 01-BAB 3.pdf

2009 TA PP FERY A SOEDARMO DAN BAGUS KRESTIONO 01-BAB 4.pdf

2009 TA PP FERY A SOEDARMO DAN BAGUS KRESTIONO 01-BAB 5.pdf

2009 TA PP FERY A SOEDARMO DAN BAGUS KRESTIONO 01-PUSTAKA.pdf

ABSTRAK: Indonesia berada pada pertemuan dua lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Australia, sebagian besar wilayahnya terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas rendah hingga tinggi. Filosofi perencanaan struktur tahan gempa adalah mencegah keruntuhan struktur akibat gempa kuat yang terjadi pada suatu wilayah. Untuk mempertahankan kekuatan struktur akibat goyangan gempa kuat, maka struktur harus didesain supaya menghasilkan perilaku yang daktail. Di Indonesia, perencanaan bangunan tahan gempa pada umumnya masih menganut filosofi resiko yang tidak seragam. Pada wilayah dengan tingkat resiko gempa menengah, peraturan SNI 03-2847-2002 mensyaratkan perencanaan struktur dapat berdasarkan SRPMK atau SRPMM untuk memikul gaya-gaya gempa yang terjadi. Apabila menggunakan SRPMM, hasil desain lebih konservatif karena struktur didesain adalah untuk menerima gaya gempa yang relatif masih besar, atau dengan kata lain struktur diperbolehkan direncanakan dengan tingkat daktilitas terbatas atau bahkan elastik. Sedangkan SRPMK, struktur didesain adalah untuk menerima gaya gempa yang relatif kecil, hal ini mengakibatkan struktur memiliki daktilitas yang tinggi. Implikasi dari penggunaan SRPMK adalah struktur harus memiliki detailing yang ketat yaitu memenuhi seluruh persyaratan pada pasal 23 SNI 03-2847-2002. Analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan beban gempa rencana statik ekivalen. Parameter yang dibandingkan antara kedua sistem struktur ini antara lain adalah simpangan antar lantai terhadap perpindahan maksimum, detailing struktur, dan berat tulangan sistem struktur. Di dalam tugas akhir ini dibuat 4 buah model dengan ukuran penampang sama yang didesain dengan persyaratan detailing SRPMK dan SRPMM sesuai SNI 03-2847-2002. Analisis detailing komponen struktur adalah pada balok, kolom, dan hubungan balok kolom. Analisis gempa rencana terhadap model dilakukan dengan metode static ekivalen dengan bantuan software MIDAS GEN 6.3.5. Dari hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa perpindahan maksimum struktur pada kondisi inelastik adalah sama. Hal ini sejalan dengan konsep ”equal displacement” yaitu apabila struktur yang memiliki kekakuan yang sama tetapi memiliki kekuatan berbeda apabila dikenai gaya lateral yang sama maka perpindahan maksimum dari struktur tersebut adalah sama, yaitu pada kriteria level life safety (2% dari tinggi lantai). Kemudian selanjutnya dilakukan analisis detailing untuk struktur SRPMK dan SRPMM. Secara umum, perbedaan detailing antara SRPMK dan SRPMM dapat dilihat dari perbedaan persyaratan kuat momen yang ada pada muka balok kolom, kuat geser rencana, detailing tulangan geser, serta panjang penyaluran. Dari hasil yang didapatkan, pada wilayah gempa 3 didapatkan secara keseluruhan untuk perbedaan jumlah tulangan yang dihasilkan untuk tulangan longitudinal yang dihasilkan struktur SRPMK adalah 11% lebih berat SRPMM, akan tetapi untuk berat tulangan sengkang yang dihasilkan SRPMK lebih berat 42% dibanding dengan SRPMM. Karena perbedaan yang cukup signifikan pada tulangan sengkang, maka pemilihan yang lebih ekonomis adalah struktur SRPMM. Pada wilayah gempa 4, berat tulangan longitudinal yang dihasilkan struktur SRPMK adalah 19 % lebih berat SRPMM, dan untuk berat tulangan sengkang yang dihasilkan SRPMK lebih berat 41 % dibanding dengan SRPMM . Karena perbedaan volume tulangan keseluruhan yang dihasilkan sebesar 3,5 % maka pemilihan yang lebih ekonomis untuk wilayah gempa 4 adalah struktur SRPMM. Persyaratan Detailing SRPMM yang tidak terlalu ketat memudahkan pengerjaan di lapangan.