digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TA PP RICKY N. TAMBUNAN 1-COVER.pdf


2009 TA PP RICKY N. TAMBUNAN 1-BAB 1.pdf

2009 TA PP RICKY N. TAMBUNAN 1-BAB 2.pdf

2009 TA PP RICKY N. TAMBUNAN 1-BAB 3.pdf

2009 TA PP RICKY N. TAMBUNAN 1-BAB 4.pdf

2009 TA PP RICKY N. TAMBUNAN 1-BAB 5.pdf

2009 TA PP RICKY N. TAMBUNAN 1-PUSTAKA.pdf

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, sehingga kuantitas dan kualitasnya perlu diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Aktivitas geologi (alami) dan kegiatan manusia (buatan) menentukan kuantitas dan kualitas air di suatu daerah. Endapan epitermal pembawa emas merupakan sumber unsur arsen, bila terlewati oleh aliran air, baik air limpasan di permukaan maupun air bawah permukaan, akan mengakibatkan proses pelarutan arsen oleh air sehingga terbentuk arsen terlarut pada air dalam sistem akuifer daerah tersebut. Daerah mineralisasi MESEL-LEON yang merupakan daerah mineralisasi epitermal pembawa emas yang terdapat di daerah Minahasa Tenggara, terpotong oleh aliran sungai Buyat. Hal ini mengakibatkan air dalam sistem akuifer di daerah tersebut mungkin mengandung arsen terlarut akibat proses tersebut. Keterdapatan air di suatu daerah tidak lepas dari siklus hidrologi yang berperan di daerah tersebut. Siklus hidrologi terdiri dari beberapa pokok, yaitu turunnya air dari atmosfer dalam berbagai bentuk (presiptasi), aliran air di permukaan (limpasan), proses penguapan air dan transpirasi tumbuhan (evapotranspirasi), serta proses masuknya air ke dalam permukaan (infiltrasi). Proses-proses tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat dasar air, media/lingkungan air berada, dan perbedaan tingkat energi. Proses-proses dalam siklus hidrologi mempengaruhi kuantitas dan kualitas dari airtanah di suatu daerah. Arsen merupakan salah satu logam sumber bahaya dalam pemanfaatan airtanah. Klasifikasi air yang layak minum, menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002, salah satunya adalah mengandung arsen terlarut maksimal 0,01 mg/l. Berdasarkan pengamatan di lapangan, analisis sampel di laboratorium, pengolahan dan analisis perilaku data yang terkumpulkan, maka airtanah dari sumur-sumur pengambilan contoh di desa Buyat yang tidak direkomendasikan untuk dipakai sebagai sumber air minum karena kandungan arsen dan/atau mangan terlarut melebihi ambang batas. Sistem akuifer yang berperan di daerah penelitian adalah sistem akuifer aluvial dan sedimen danau, yang berumur kuarter. Pola penyebaran arsen dalam airtanah tidak mengikuti arah aliran airtanah, tetapi menyebar mengikuti penyebaran batuan pembawa unsur arsen yang menyusun sistem akuifer. Kehadiran arsen terlarut dalam airtanah dipengaruhi oleh kondisi reduksi, kehadiran mangan(II) dalam sedimen, dan mineral lempung dalam batuan penyusun akuifer.