digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pola curah hujan Pasaman Barat secara umum mengikuti pola equatorial yaitu dua puncak dengan puncak pertama pada bulan April (335 mm) dan kedua bulan November (445 mm) serta satu lembah yaitu pada bulan Juni (181 mm). Selain berpola equatorial diduga ada pengaruh monsoon dan juga terlihat adanya pola anti-monsoon (bulan Juli: 267 mm). Kriging merupakan interpolasi metode statistik, berdasarkan teori variable regional. Metode interpolasi ini dicapai dengan membandingkan grafik dari semi-perbedaan yang sebenarnya data dengan data yang nilai prediksi oleh masing-masing fungsi matematika, di plot terhadap jarak antara pasangan data. Grafik ini dikenal sebagai semi-variogram. Kelebihan air (water surplus) terjadi bila curah hujan dikurangi potensial evapotranspirasi melebihi kapasitas lapang. Jadi besarnya water surplus berasal dari curah hujan yang dikurangi dengan evapotranspirasi potensial dan air yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi kelembaban tanah maksimum. Water surplus akan menjadi aliran permukaan (direct run off) dan base flow serta infiltrasi. Banyaknya air yang mengalami infiltrasi tergantung pada kondisi suatu daerah. Besarnya base flow masing-masing skenario adalah: kondisi awal 95.35 juta m3/tahun, skenario dua 89.73 juta m3/tahun dan skenario tiga 92.54 juta m3/tahun. Setelah dikurangi kebutuhan air untuk aktifitas produksi pertambangan maka masih tersisa untuk skenario awal dan skenario ke-3 sebesar 5.35% dan 2.54%, sementara skenario ke-2 yaitu pembukaan total kurang 0.27% tiap tahunnya.