Perkembangan tata busana, terdapat perbedaan yang sangat besar antara masyarakat di belahan dunia timur dan barat. Busana masyarakat di belahan bumi timur lebih bersifat statis karena terikat norma etnis, serta sangat dipengaruhi oleh pakem-pakem filosofis yang mengikat. Sementara itu, pada masyarakat di belahan dunia barat proses peradabannya lebih mengarah pada konseptual sehingga perkembangan tata busananya pun lebih berevolusi.
Di negara Indonesia sendiri, seni berbusana mulai mengalami proses pengembangan setelah pengaruh budaya Hindu masuk. Dalam proses peradaban tersebut, karakter etnis Jawa memiliki pemahaman sendiri sesuai dengan pengaruh alam dan budaya lokal yang berkembang secara turun-temurun. Oleh karena itu, akulturasi antara karakter budaya Jawa dan pengaruh budaya Hindu menjadi kekayaan dalam proses perkembangan peradaban selanjutnya, termasuk dalam seni tata busana.
Perkembangan globalisasi dan pengaruh budaya barat yang mulai merasuki bangsa Indonesia menyebabkan para desainer mulai berpikir untuk mengembangkan desain tradisional Indonesia yang menyesuaikan diri dengan pasar modern yang ada pada saat ini. Yang terlihat adalah aneka corak dan warna-warna Kebaya yang beragam. Potongan dan pola-pola lama dicampur dengan desain modern meski masih memegang pakem-pakem yang tercipta dari abad sebelumnya.
Disini dapat terlihat bahwa dari berbagai unsur tradisional Indonesia yang sangat banyak terdapat peluang untuk dikembangkan dan dijadikan suatu karya baru yang modern, namun tetap memiliki nilai-nilai keasliannya. Begitu pula dalam studi kasus yang dipilih, yaitu eksplorasi dodotan pada produk fashion modern, tentunya memiliki sejumlah peluang yang sama untuk dikembangkan menurut pasar fashion saat ini.