digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP PUJARINI SAFARINA 1-COVER.pdf


2008 TA PP PUJARINI SAFARINA 1-BAB 1.pdf

2008 TA PP PUJARINI SAFARINA 1-BAB 2.pdf

2008 TA PP PUJARINI SAFARINA 1-BAB 3.pdf

2008 TA PP PUJARINI SAFARINA 1-BAB 4.pdf

2008 TA PP PUJARINI SAFARINA 1-BAB 5.pdf

2008 TA PP PUJARINI SAFARINA 1-PUSTAKA.pdf

Seiring dengan tujuan desentralisasi, Pemerintah Daerah memiliki kewajiban dalam meningkatkan pelayanan publik, mengurangi kemiskinan penduduk, dan mendorong Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Salah satu pendekatan yang ditempuh untuk mencapai tujuan PEL adalah dengan mendukung perkembangan usaha lokal berupa Industri Kecil dan Menengah (IKM). Pasca krisis moneter, IKM menjadi sektor usaha yang berkontribusi besar dalam menyerap tenaga kerja. Namun demikian perkembangan sektor usaha tersebut, bukan tanpa masalah. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh World Bank (2003), pada beberapa daerah dengan konsentrasi industri kecil dan rumah tangga yang tinggi, terdapat kecenderungan penurunan kualitas lingkungan akibat pembuangan limbah industri yang mencemari air tanah maupun permukaan, dan memerlukan perhatian khusus.Salah satu IKM yang seringkali mendapat sorotan karena potensi ekonomi yang dimiliki dan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh keberadaannya, adalah industri penyamakan kulit Sukaregang yang terletak di Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Hingga kini, berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pencemaran tersebut belum menunjukkan hasil yang nyata. Di sisi lain, seperti usaha kecil pada umumnya, industri penyamakan kulit Sukaregang juga mengalami berbagai persoalan yang mempengaruhi keberlanjutan usahanya.Penelitian ini mengkaji mengenai prospek industri penyamakan kulit Sukaregag dalam pengembangan ekonomi lokal. Untuk dapat berperan dalam PEL, industri lokal harus dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya, agar dapat menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja dan menciptakan keterkaitan lokal yang kuat. Di dalam konsep PEL sendiri, masyarakat lokal merupakan sumberdaya utama dalam menggerakan kegiatan usaha (Blakely, 1989), karenanya keberadaan industri tersebut harus memberi sebanyak mungkin kemanfaatan bagi masyarakat lokal.Dalam penelitian ini prospek industri penyamakan kulit Sukaregang dalam pengembangan ekonomi lokal dilihat dari dua kriteria, yaitu kemampuannya untuk mempertahankan keberlanjutan usaha dan peran yang diberikannya dalam PEL. Penelitian ini menghasilkan temuan yang menunjukkan bahwa industri ini tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan keberlanjutan usahanya, baik dari aspek-aspek produksi maupun pemasaran. Selain itu, saat ini industri tersebut belum mampu berperan dalam PEL, sehingga dapat disimpulkan bahwa industi ini bukan merupakan jenis usaha yang prospektif dalam mendorong pengembangan ekonomi lokal.Oleh karenanya dibutuhkan alternatif usaha lokal lain yang lebih baik bagi pengembangan ekonomi lokal, atau perbaikan yang menyeluruh dari usaha lokal yang sudah ada ini.Untuk memperbaiki kondisi usaha saat ini, diperlukan adanya kekuatan kolektif pengusaha dalam sebuah organisasi yang solid. Bentuk usaha bersama juga memungkinkan lebih terkendalinya pengelolaan limbah buangan industri. Selain itu, peran pemerintah yang lebih tegas dalam pemberian sanksi terhadap pengusaha yang melakukan pelanggaran pencemaran lingkungan sangat diperlukan.