2007 TS PP MEISYE YULIANTY 1-COVER.pdf
2007 TS PP MEISYE YULIANTY 1-BAB 1.pdf
2007 TS PP MEISYE YULIANTY 1-BAB 2.pdf
2007 TS PP MEISYE YULIANTY 1-BAB 3.pdf
2007 TS PP MEISYE YULIANTY 1-BAB 4.pdf
2007 TS PP MEISYE YULIANTY 1-BAB 5.pdf
2007 TS PP MEISYE YULIANTY 1-PUSTAKA.pdf
Penelitian ini mengkaji pola hubungan yang terbangun antara para pelaku industri bordir di Kota Tasikmalaya, yang berpusat di Kecamatan Kawalu. Industri bordir di Kota Tasikmalaya memiliki potensi yang besar, dan merupakan usaha yang telah berlangsung secara turun temurun, yang didukung dengan kemampuan pengrajin yang baik. Penelitian ini bertujuan meneliti pola hubungan antar pelaku industri bordir di Tasikmalaya. Disamping itu, juga untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi masing-masing pelaku/aktor tersebut.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Kajian lapangan dilakukan dengan cara observasi, wawancara, survei kuesioner, dokumentasi dan studi atas kondisi di lapangan yang dilakukan di wilayah studi, pada setting yang informal/semi-formal dan spontan. Sedangkan pemilihan sampling berdasarkan metode sampling kebetulan (accidental sampling).Secara umum pelaku bisnis terkait dengan industri bordir di Tasikmalaya terdiri dari pelaku di jalur produksi yang terdiri dari penyedia bahan baku, pengrajin dan pengusaha; dan pelaku di jalur pemasaran yang terdiri pengusaha (pengumpul) dan pedagang. Sedangkan pihak pemerintah merupakan pelaku non-bisnis, yang berperan dalam mendukung dan mengembangkan industri bordir.Pola hubungan antar pelaku industri bordir Tasikmalaya berupa relasi sosial yang bermuara pada aspek bisnis, dimana hubungan komersial berjalan di atas prinsip-prinsip moral dengan pola hubungan kekeluargaan yang “paternalistik” antara patron dan client. Tatanan moral tersebut merupakan perpaduan antara nilai-nilai tradisional, moral agama, kekeluargaan, dan nilai-nilai kapitalis.Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam industri bordir Tasikmalaya sudah mulai adanya beberapa subkontraktor yang mandiri yang ditunjukkan dengan adanya pekerja ataupun pengrajin yang mensubkontrakkan kembali pekerjaannya pada pihak lain sesuai dengan keahliannya masing-masing, hal ini berarti industri bordir Tasikmalaya sudah mulai terciptanya spesialisasi dalam industri yang menuju ke flexible production. Walaupun demikian, dalam industri bordir Tasikmalaya masih terdapat permasalahan/kendala berkaitan satu dengan yang lain, yang harus diselesaikan secara komprehensif. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hubungan antar pelaku dengan membangun dan memantapkan jejaring usaha/kerjasama antar pelaku industri sehingga dapat menguntungkan berbagai pihak.
Perpustakaan Digital ITB