digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Adrian Rasyadi
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Rebranding dalam industri perhotelan merupakan bentuk transformasi strategis yang tidak hanya berkaitan dengan perubahan visual atau reposisi pemasaran, tetapi juga mencerminkan perubahan organisasi yang lebih mendasar. Proses ini menuntut kemampuan adaptasi karyawan, komunikasi internal yang selaras, serta pembelajaran berkelanjutan agar kualitas layanan dan kesesuaian budaya tetap terjaga. Pasca pandemi COVID-19, hotel yang beralih dari jaringan internasional menuju merek independen menghadapi tekanan yang lebih intens untuk menyelaraskan kembali sistem internal, membangun ulang identitas, dan menjaga performa operasional. Kondisi tersebut menjadi konteks penelitian ini, yang bertujuan menelaah bagaimana struktur pengetahuan dan mekanisme pembelajaran berperan dalam kesiapan organisasi selama proses rebranding. Penelitian ini mengangkat dua permasalahan utama, yaitu apakah manajemen pengetahuan (KM) berpengaruh signifikan terhadap manajemen perubahan (CM) dan sejauh mana KM berkontribusi terhadap efektivitas implementasi perubahan organisasi di Tamarin Hotel Jakarta setelah peralihannya dari jaringan internasional menjadi hotel butik independen. Penelitian ini didasarkan pada kerangka teori Resource-Based View (RBV) dan Brandology. RBV memandang pengetahuan sebagai sumber daya tak berwujud yang memiliki nilai strategis dan sulit ditiru, sehingga memperkuat kapasitas adaptif organisasi. Sementara itu, Brandology mengonseptualisasikan transformasi merek sebagai fenomena organisasi yang terintegrasi dan memerlukan koordinasi perubahan budaya, manajerial, serta komunikasi. Kedua landasan teoretis ini melahirkan proposisi bahwa praktik KM—terutama penciptaan, penyimpanan, pembagian, dan pemanfaatan pengetahuan—menjadi mekanisme dasar yang memungkinkan karyawan dan pemimpin menginternalisasi identitas merek baru. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini menyusun dua hipotesis yang memprediksi adanya pengaruh signifikan KM terhadap CM dan efektivitas CM pasca rebranding. 5 Pendekatan kuantitatif eksplanatori digunakan untuk menguji hipotesis melalui Structural Equation Modeling dengan teknik Partial Least Squares (PLS-SEM). Populasi penelitian terdiri dari 113 karyawan operasional dan manajerial yang mengalami proses rebranding pada periode 2022–2024. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur yang mengoperasionalkan KM melalui indikator penciptaan pengetahuan, berbagi pengetahuan, penyimpanan pengetahuan, dan pemanfaatan pengetahuan. Sementara itu, CM diukur melalui indikator adaptabilitas, kejelasan komunikasi, komitmen kepemimpinan, dan keterlibatan karyawan. Pengujian model pengukuran menunjukkan terpenuhinya validitas konvergen, validitas diskriminan, dan reliabilitas komposit, sehingga memastikan bahwa konstruk yang digunakan terukur secara konsisten. Model struktural selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi hubungan kausal antara KM dan CM melalui analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh kuat dan signifikan dari KM terhadap CM, ditunjukkan oleh koefisien jalur sebesar 0,902 dengan nilai p 0,000. Nilai R² sebesar 0,811 mengonfirmasi bahwa 81,1% variasi efektivitas manajemen perubahan dijelaskan oleh praktik KM. Temuan ini menunjukkan bahwa penciptaan pengetahuan yang konsisten, mekanisme berbagi pengetahuan yang terstruktur, serta pemanfaatan pengetahuan organisasi secara efektif mampu memperkuat kemampuan adaptasi, memperjelas komunikasi, dan meningkatkan keselarasan kepemimpinan selama transisi. Analisis deskriptif juga memperlihatkan tingginya tingkat keterlibatan karyawan serta partisipasi dalam pelatihan, yang berkontribusi pada internalisasi nilai-nilai merek baru di seluruh departemen. Tinjauan teoretis singkat menempatkan temuan ini dalam diskusi yang lebih luas mengenai pembelajaran organisasi, kapasitas adaptif, dan transformasi berbasis pengetahuan di sektor perhotelan. Kontribusi akademik penelitian ini tercermin dari bukti empiris bahwa ekosistem pengetahuan berfungsi sebagai infrastruktur kognitif yang mendukung keberhasilan rebranding, sehingga memperkuat aplikasi RBV dan Brandology dalam konteks perubahan organisasi. Secara praktis, penelitian ini menegaskan pentingnya pengembangan platform pengetahuan terpadu, keberlanjutan pelatihan internal, serta penguatan komunikasi kepemimpinan untuk mengintegrasikan identitas merek baru ke dalam operasional sehari-hari. Dengan mengaitkan struktur pengetahuan dan transformasi organisasi secara empiris, penelitian ini memberikan wawasan bagi organisasi perhotelan yang ingin membangun resiliensi jangka panjang dan menjaga koherensi selama proses transisi merek.