Rebranding dalam industri perhotelan merupakan bentuk transformasi strategis
yang tidak hanya berkaitan dengan perubahan visual atau reposisi pemasaran,
tetapi juga mencerminkan perubahan organisasi yang lebih mendasar. Proses ini
menuntut kemampuan adaptasi karyawan, komunikasi internal yang selaras, serta
pembelajaran berkelanjutan agar kualitas layanan dan kesesuaian budaya tetap
terjaga. Pasca pandemi COVID-19, hotel yang beralih dari jaringan internasional
menuju merek independen menghadapi tekanan yang lebih intens untuk
menyelaraskan kembali sistem internal, membangun ulang identitas, dan menjaga
performa operasional. Kondisi tersebut menjadi konteks penelitian ini, yang
bertujuan menelaah bagaimana struktur pengetahuan dan mekanisme
pembelajaran berperan dalam kesiapan organisasi selama proses rebranding.
Penelitian ini mengangkat dua permasalahan utama, yaitu apakah manajemen
pengetahuan (KM) berpengaruh signifikan terhadap manajemen perubahan (CM)
dan sejauh mana KM berkontribusi terhadap efektivitas implementasi perubahan
organisasi di Tamarin Hotel Jakarta setelah peralihannya dari jaringan
internasional menjadi hotel butik independen.
Penelitian ini didasarkan pada kerangka teori Resource-Based View (RBV) dan
Brandology. RBV memandang pengetahuan sebagai sumber daya tak berwujud
yang memiliki nilai strategis dan sulit ditiru, sehingga memperkuat kapasitas
adaptif organisasi. Sementara itu, Brandology mengonseptualisasikan
transformasi merek sebagai fenomena organisasi yang terintegrasi dan
memerlukan koordinasi perubahan budaya, manajerial, serta komunikasi. Kedua
landasan teoretis ini melahirkan proposisi bahwa praktik KM—terutama
penciptaan, penyimpanan, pembagian, dan pemanfaatan pengetahuan—menjadi
mekanisme dasar yang memungkinkan karyawan dan pemimpin menginternalisasi
identitas merek baru. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini menyusun dua
hipotesis yang memprediksi adanya pengaruh signifikan KM terhadap CM dan
efektivitas CM pasca rebranding.
5
Pendekatan kuantitatif eksplanatori digunakan untuk menguji hipotesis melalui
Structural Equation Modeling dengan teknik Partial Least Squares (PLS-SEM).
Populasi penelitian terdiri dari 113 karyawan operasional dan manajerial yang
mengalami proses rebranding pada periode 2022–2024. Data dikumpulkan
menggunakan kuesioner terstruktur yang mengoperasionalkan KM melalui
indikator penciptaan pengetahuan, berbagi pengetahuan, penyimpanan
pengetahuan, dan pemanfaatan pengetahuan. Sementara itu, CM diukur melalui
indikator adaptabilitas, kejelasan komunikasi, komitmen kepemimpinan, dan
keterlibatan karyawan. Pengujian model pengukuran menunjukkan terpenuhinya
validitas konvergen, validitas diskriminan, dan reliabilitas komposit, sehingga
memastikan bahwa konstruk yang digunakan terukur secara konsisten. Model
struktural selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi hubungan kausal antara KM
dan CM melalui analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh kuat dan signifikan dari KM terhadap
CM, ditunjukkan oleh koefisien jalur sebesar 0,902 dengan nilai p 0,000. Nilai R²
sebesar 0,811 mengonfirmasi bahwa 81,1% variasi efektivitas manajemen
perubahan dijelaskan oleh praktik KM. Temuan ini menunjukkan bahwa
penciptaan pengetahuan yang konsisten, mekanisme berbagi pengetahuan yang
terstruktur, serta pemanfaatan pengetahuan organisasi secara efektif mampu
memperkuat kemampuan adaptasi, memperjelas komunikasi, dan meningkatkan
keselarasan kepemimpinan selama transisi. Analisis deskriptif juga
memperlihatkan tingginya tingkat keterlibatan karyawan serta partisipasi dalam
pelatihan, yang berkontribusi pada internalisasi nilai-nilai merek baru di seluruh
departemen.
Tinjauan teoretis singkat menempatkan temuan ini dalam diskusi yang lebih luas
mengenai pembelajaran organisasi, kapasitas adaptif, dan transformasi berbasis
pengetahuan di sektor perhotelan. Kontribusi akademik penelitian ini tercermin
dari bukti empiris bahwa ekosistem pengetahuan berfungsi sebagai infrastruktur
kognitif yang mendukung keberhasilan rebranding, sehingga memperkuat aplikasi
RBV dan Brandology dalam konteks perubahan organisasi. Secara praktis,
penelitian ini menegaskan pentingnya pengembangan platform pengetahuan
terpadu, keberlanjutan pelatihan internal, serta penguatan komunikasi
kepemimpinan untuk mengintegrasikan identitas merek baru ke dalam operasional
sehari-hari. Dengan mengaitkan struktur pengetahuan dan transformasi organisasi
secara empiris, penelitian ini memberikan wawasan bagi organisasi perhotelan
yang ingin membangun resiliensi jangka panjang dan menjaga koherensi selama
proses transisi merek.
Perpustakaan Digital ITB