BAB 1 Ardaya Maulana Farizka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ardaya Maulana Farizka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ardaya Maulana Farizka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ardaya Maulana Farizka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ardaya Maulana Farizka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ardaya Maulana Farizka
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Pertumbuhan limbah elektronik global yang diperkirakan mencapai 62 juta ton pada
tahun 2022 menimbulkan tantangan lingkungan serius akibat kandungan logam
berat yang dapat mencemari lingkungan. Disisi lain terdapat potensi kandungankandungan
logam tersebut dilakukan daur ulang dan memberikan manfaat finansial.
Limbah Integrated Circuits (IC) Chips mengandung emas (Au) dan perak (Ag)
yang kadarnya signifikan lebih tinggi dari kadar emas dalam bijih emas primer,
menjadikannya sumber daya sekunder yang sangat potensial. Namun, tingkat daur
ulang global limbah elektronik baru mencapai 22,3%, yang menunjukkan adanya
kesenjangan besar antara produksi limbah elektronik dan upaya pemanfaatannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses daur ulang limbah IC chips
yang efisien untuk mengekstraksi logam berharga di dalamnya, khususnya emas
dan perak.
Dalam penelitian ini dilakukan pelindian dua tahap untuk memaksimalkan
perolehan emas dan perak. Serangkaian percobaan dilakukan dengan menggunakan
fraksi ukuran partikel -200 + 325# (44 – 74 ?m) yang memiliki kandungan awal
Fe, Cu, Ag, dan Au secara berturut-turut 26%, 1%, 0,04 % (400 ppm), dan 18 ppm.
Tahap pertama difokuskan pada pra-perlakuan untuk memisahkan logam dasar
pengganggu seperti besi (Fe) dan tembaga (Cu) melalui pelindian dengan asam,
dengan membandingkan efektivitas asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), dan
asam sulfat (H2SO4) pada variasi beberapa variabel proses yang meliputi
konsentrasi asam, nisbah padatan-cairan (solid-liquid ratio, atau S/L), dan
temperatur. Tahap kedua adalah pelindian logam berharga dari residu pelindian
tahapan pertama pada kondisi optimal. Pelindian tahap kedua ini bertujuan
mengekstraksi Au dan Ag dengan mengevaluasi kinerja tiga reagen pelindi
(lixiviant) yang berbeda, yaitu natrium sianida, natrium thiosulfat, dan thiourea.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelindian tahap pertama menggunakan HCl
5 M, fraksi ukuran partikel -200 +325#, kecepatan pengadukan 500 rpm, nisbah S/L
1/10 g/mL, dan temperatur 90 °C merupakan kondisi optimal untuk melarutkan Fe
dan Cu dengan persen pelindian secara berturut-turut 89% dan 55%. Pelindian
tahap kedua dari residu pelindian pada kondisi optimal tahap pertama menggunakan
larutan pelindi natrium sianida 0,41 M, thiourea 0,5 M, dan thiosulfat 0,2 M secara
berturut-turut dalam waktu 180 menit memperoleh persen ekstraksi Au sebesar
95,65%, 74%, dan 22,4%. Sementara, persen ekstraksi Ag dari residu pelindian
tahap pertama dalam waktu 180 menit menggunakan reagen pelindi natrium sianida
0,41 M, thiourea 0,5 M, dan natrium thiosulfat 0,2 M secara berturut-turut adalah
74,17%, 97,41%, dan 10,89%. Berdasarkan level ekstraksi logam mulia yang
diperoleh, kombinasi pelindian tahap pertama dengan HCl dan tahap kedua dengan
sianida memberikan performa paling baik.
Perpustakaan Digital ITB