Cagar budaya (CB) merupakan warisan kebendaan bersejarah yang perlu
dilestarikan karena fisiknya rentan rusak akibat berbagai faktor ancaman alam,
terutama seismisitas. Kerusakan fisik berupa deformasi signifikan bagi keamanan
struktur CB. Di Indonesia, pemantauan deformasi (aspek geometrik) yang terkait
perubahan posisi, dimensi, dan orientasi CB telah dilakukan secara geospasial
memakai berbagai sensor perekaman dan pengindraan. Namun, umumnya masih
menganggap struktur CB hanya diwakili oleh beberapa titik pantau, sehingga tidak
seluruh struktur CB terwakili. Sementara itu, CB itu morfologinya kompleks terus
berpotensi rusak, maka perlu model struktur lengkap dan detail yang bisa dipakai
berulang untuk mitigasi deformasinya secara kontinu. Finite Element Method
(FEM) yang umum dipakai menyimulasikan respons deformasi kontinu suatu objek
akibat gangguan eksternal diajukan menjadi basis solusi masalah ini. Adapun
morfologi CB kompleks yang tidak bisa hanya ditangani satu sensor pengindraan,
didekati dengan perekaman secara multi-sensor dan multi-resolusi agar lengkap dan
detail. Penelitian ini membangun suatu model FEM re-usable yang geometri
masukannya berasal dari perekaman CB secara multi-sensor multi-resolusi
(MSMR) untuk menyimulasikan deformasi kontinu CB akibat ancaman seismisitas.
Penelitian ini memakai gugusan candi Prambanan yang kompleks sebagai studi
kasus. Pada tahap awal, Suatu skema perekaman MS-MR, yang direfleksikan dari
atribut desain arsitekturnya, diterapkan untuk memperoleh morfologi candi yang
lengkap dan detail. Proses tersebut melibatkan penyiaman dengan sensor
fotogrametri dan LiDAR multi-moda multi-platform dipakai. Lalu, hasil berupa
point-clouds dikonversikan langsung, tanpa representasi permukaan perantara,
menjadi model FE yang siap pakai dengan algoritma Cloud2FEM termodifikasi.
Kemudian, suatu simulasi FEM secara statik dan dinamik dilakukan untuk
mengetahui efek ancaman seismisitas sesaat dan seimsisitas runut waktu terhadap
candi. Seismisitas runut waktu (time-history) yang disimulasikan adalah gempa
Yogyakarta 2006 yang sangat destruktif terhadap candi. Akibat ketiadaan rekaman
seismik di dekat episentrum, maka diterapkan empat skenario input berdasarkan
gempa termirip, sintetik #1, artifisial, dan sintetik #2. Hasil respons deformasi dinyatakan dengan nilai displacement, strain, dan stress pada seluruh struktur.
Keseluruhan proses dari penyiaman hingga ke simulasi FEM ini disebut scan-to-
FEM. Terakhir, dilakukan identifikasi titik rentan rusak, analisis dan validasi hasil.
Hasil menunjukkan bahwa perekaman MS-MR menghasilkan geometrik candi
yang lengkap, akurat, dan presisi. Skema MS-MR refleksi atribut desain candi
memberikan pendekatan perekaman data yang terstruktur, sehingga penggabungan
data point-clouds menjadi lebih rasional dan terstruktur pula urutannya. Sementara
itu, hasil konversi point-clouds ke model FE (volumetric mesh) sukses dilakukan.
Efektivitas konversinya berhubungan dengan kelengkapan, jumlah, dan distribusi
dari point-clouds di tiap subset potongan horizontal planimetrik yang dibentuk.
Cloud2FEM ini tidak sepenuhnya otomatis, karena intervensi operator tetap
dibutuhkan. Kemudian, hasil simulasi seismisitas statik sesaat dari FEM
menunjukkan bahwa respons deformasi dari candi menunjukkan respons yang
sesuai dengan perilaku deformasi hipotetiknya. Titik dengan potensi kerusakan
yang tinggi letaknya sesuai dengan sampel kerusakan aktualnya, yaitu di bagian
puncak candi dan pertemuan batu Ratna atap dengan atapnya. Factor-of-safety
(FoS) dari respons stress candi menunjukkan nilai > 1, atau level aman. Selain itu,
hasil simulasi seismisitas dinamis dari FEM, diketahui bahwa tiga titik rawan rusak
konsisten terdeteksi rusak pada pertemuan batu Ratna dengan bagian atap candi,
dan di door jamb sisi kanan candi. Tiga dari empat skenario input seismisitas
menunjukkan bahwa dua titik rawan (node 1298620 dan 1230199) terindikasi
fraktur. Dua skenario terkonfirmasi sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
memakai input seismisitas sama. Letak titik-titik rawan secara umum sejalan
dengan laporan kerusakan aktual akibat gempa Yogyakarta 2006. Dengan
demikian, model FE yang dibangun dapat disimpulkan mampu memberikan
respons deformasi yang seharusnya. Hal ini akan bermanfaat dalam memberikan
masukan dalam intervensi pelestarian cagar budaya, khususnya pada Candi
Prambanan.
Perpustakaan Digital ITB