Pada Tahun 2023, cakupan pelayanan air limbah di Kota Tasikmalaya masih jauh
dibawah target RPJMD. Hanya 4,7% penduduk yang memiliki akses aman, 27,8%
memiliki akses layak, dan 34,1% masih melakukan BABS. Hal ini menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan dan ancaman kesehatan masyarakat. Pada periode
yang sama, Pemerintah Kota Tasikmalaya menyelenggarakan program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), yang melibatkan NGO SNV, sektor
swasta, lembaga pendidikan, media dan masyarakat dalam pelaksanaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi praktik kolaborasi yang terjadi
sehingga dapat merumuskan strategi tata kelola kolaboratif untuk peningkatan
layanan akses air limbah domestik di Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif studi kasus dengan beberapa teknik analisis,
diantaranya analisis irisan peran stakeholder, analisis jejaring sosial untuk
hubungan stakeholder, dan evaluasi praktik kolaborasi dengan kerangka
collaborative governance. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 20 informan
dari berbagai tingkatan stakeholder yang terlibat. Hasil temuan menunjukan
ketidakjelasan distribusi peran, rendahnya hubungan antar stakeholder, dan kriteria
collaborative governance yang belum terpenuhi dalam desain kelembagaan serta
pemimpin yang fasilitatif saling berkaitan sebagai hambatan dalam kolaborasi
program PPSP. Usulan strategi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan efektifitas
kolaborasi program PPSP melalui: Akselerasi capaian akses air limbah domestik
melalui penguatan program berbasis partisipasi masyarakat, formalisasi peran dan
mekanisme kolaborasi dalam Peraturan Walikota serta pembentukan kelompok
kerja khusus di bidang air limbah domestik. Strategi ini dapat menjadi rekomendasi
bagi pemerintah daerah lainnya dalam merancang model tata kelola air limbah
domestik yang kolaboratif dan berkelanjutan untuk mendukung kualitas lingkungan
dan kesehatan masyarakat.
Perpustakaan Digital ITB