Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap bencana alam, terutama
bencana alam gempa bumi tektonik. Apabila terjadi suatu gempa bumi, selain
dapat saja mengakibatkan korban jiwa, dapat juga mengakibatkan terjadinya
kerugian finansial yang sangat besar. Dalam praktik, dana cadangan bencana alam
yang dimiliki pemerintah tidak sebanding dengan rerata kerugian finansial per
tahun akibat bencana alam, sehingga diperlukan strategi pembiayaan risiko
bencana alam. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan suatu cara menerapkan
metode optimisasi investasi multiobjektif untuk membangun dana cadangan
seiring berjalannya waktu agar tersedia dana untuk membiayai kerugian finansial
akibat bencana gempa bumi. Penelitian ini menggunakan data historis harga saham
dari Yahoo Finance untuk emiten yang terpilih dari Indeks LQ45, dengan periode
pengamatan dari Maret 2010 hingga Juni 2025, tidak termasuk periode pandemi
COVID-19 untuk menghindari volatilitas data yang ekstrem. Model ARIMA
digunakan untuk memprakirakan imbal hasil bulanan selama satu tahun ke depan.
Hasil prakiraan kemudian digunakan untuk melakukan optimisasi portofolio
multiobjektif yang bertujuan memaksimalkan imbal hasil dan meminimalkan
risiko, yang diselesaikan menggunakan algoritma NSGA-II. Hasil simulasi
investasi saham menunjukkan bahwa risiko agresif menghasilkan imbal hasil
kumulatif tertinggi mencapai 67.18%. Hasil investasi dari saham dan obligasi yang
terkumpul selama satu tahun dapat membiayai hingga 4.72% dari target retensi
optimal kerugian tersebut.
Perpustakaan Digital ITB