digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TS PP SOLIHIN 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2007 TS PP SOLIHIN 1-Bab I.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP SOLIHIN 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP SOLIHIN 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP SOLIHIN 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP SOLIHIN 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP SOLIHIN 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Abstrak: Perluasan batas administrasi Kota Bandung dan pertambahan penduduk yang cepat menghendaki adanya tinjauan mengenai peran angkutan kota. Saat ini, peranan angkutan kota mampu memberikan pelayanan 7,13% dari total perjalanan penumpang. Hal ini menunjukkan kecilnya peran angkutan kota dalam menjalankan fungsi pelayanan angkutan umum di Kota Bandung. Permasalahan yang dihadapi oleh angkutan kota di Kota Bandung diantaranya terjadinya penurunan jumlah penumpang, naiknya biaya operasional kendaraan, dan kesenjangan perolehan penumpang antar rute. Penurunan jumlah penumpang diakibatkan oleh semakin tingginya kepemilikan kendaraan pribadi. Biaya operasional kendaraan naik seiring dengan kenaikan bahan bakar minyak secara berkala. Sementara kesenjangan perolehan penumpang disebabkan perbedaan sebaran aktivitas guna lahan di sekitar rute yang dilalui angkutan kota. Permasalahan tersebut membawa dampak pada semakin menurunnya kinerja pelayanan angkutan kota. Sampai tahun 2005 jumlah armada angkutan kota yang beroperasi menurun dari 5.521 unit menjadi 4.695 unit. Kajian dalam penelitian ini menitikberatkan pada peranan pola rute dan pusatpusat aktivitas dalam menghasilkan penumpang. Identifikasi dilakukan dalam tiga tahap: pertama, identifikasi terhadap perkembangan penumpang angkutan kota dan masalah masalah yang dihadapi. Hasilnya menunjukkan bahwa 97,3% responden menyatakan terjadi penurunan jumlah penumpang. Tahap kedua, yaitu uji statistik dengan metoda tabulasi silang untuk mengklasifikasikan rute dalam kategori rugi, cukup, dan untung. Dari uji statistik ini variabel pola rute menunjukkan bahwa pola rute pinggiran-pinggiran dan pinggiran-subpusat-pinggiran lebih potensial menghasilkan penumpang. Sementara itu karakteristik aktivitas di sekitar rute menunjukkan bahwa aktivitas perumahan paling potensial menghasilkan penumpang, disusul dengan perbelanjaan dan pendidikan. Aktivitas di sepanjang rute dengan karakteristik perkantoran tergolong dalam aktivitas yang kurang potensial menghasilkan penumpang. Tahap ketiga dilakukan uji skoring guna memastikan tingkatan peran dari masing-masing variabel pengaruh. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa perjalanan penumpang angkutan kota banyak terdapat pada kawasan pinggiran-pinggiran dan pinggiran-sub-pusat-pinggiran. Sementara perjalanan penumpang angkutan kota dari pinggiran menuju ke pusat kota, pada umumnya rendah sehingga pihak operator banyak yang menderita kerugian. Guna perbaikan system pelayanan angkutan umum di Kota Bandung direkomdasikan agar ada penyeimbangan desain pola rute yang melalui kawasan potensial dan kurang potensial penumpang. Sementara bila kebijakan mengarah pada nilai subsidi, maka nilai pendapatan negatif dapat menjadi dasar dalam penentuan besaran subsidi. Selain itu, investasi di sektor angkutan umum dapat menggunakan rute pola IV dan pola V, dengan pilihan karakteristik aktivitas perumahan, pendidikan dan perbelanjaan. Sementara itu rute dengan karakteristik perkantoran sebaiknya dihindari untuk kepentingan investasi.