digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP NIRWAN PURWA LAHARDI 1-COVER.pdf


2008 TA PP NIRWAN PURWA LAHARDI 1-BAB1.pdf

2008 TA PP NIRWAN PURWA LAHARDI 1-BAB2.pdf

2008 TA PP NIRWAN PURWA LAHARDI 1-BAB3.pdf

2008 TA PP NIRWAN PURWA LAHARDI 1-BAB4.pdf

2008 TA PP NIRWAN PURWA LAHARDI 1-BAB5.pdf

2008 TA PP NIRWAN PURWA LAHARDI 1-PUSTAKA.pdf

Nikel laterit adalah produk pelapukan dari batuan ultrabasa. Pembentukan endapan nikel melibatkan proses pelindian, transportasi unsur-unsur serta pembentukan mineral-mineral baru. Media dari proses pelindian dan transportasi unsur-unsur tersebut adalah air tanah. Lokasi penelitian adalah daerah operasi penambangan nikel milik PT. XYZ, Tbk yang berlokasi di daerah Moronopo, Halmahera Timur, Maluku Utara. Ada beberapa kendala yang dijumpai dalam upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi pada saat operasional penambangan dilakukan. Salah satu kendala tersebut adalah adanya beda kadar nikel (Ni) antara data eksplorasi dengan realisasi produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar perbedaan kadar Ni yang terjadi dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adanya perbedaan tersebut. Setelah dilakukan proses penambangan, terjadi perbedaan kadar antara data eksplorasi dengan realisasinya. Untuk unsur Ni, terjadi kenaikan maupun penurunan kadar. Besarnya penurunan kadar Ni di daerah penelitian sebesar -0.20%. Penurunan kadar Ni diikuti oleh kenaikan kadar besi (Fe) dan penurunan kadar nilai Bacisity. Kenaikan kadar Fe sebesar 4.34% dan penurunan nilai Bacisity sebesar -0.10. Perbedaan kadar di daerah penelitian dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah faktor batuan induk. Jenis batuan induk di daerah penelitian berbeda-beda, yaitu peridotit dan setempat setempat tersebar batuan dunit maupun serpentinit. Batuan induk (ultrabasa) dapat pula mengalami proses serpentinisasi sebelum mengalami proses lateritisasi. Tingkat proses serpentinisasi di daerah penelitian sedang sampai dengan tinggi. Tingkat serpentinisasi akan mempengaruhi tingkat keseragaman pada zona saprolit. Faktor kedua yang dilihat dari penelitian ini adalah kondisi topografi. Media pelarutan dan transportasi melibatkan air tanah. Kondisi topografi yang ada akan mempengaruhi prilaku air tanah pada proses pelindian. Intensitas pelapukan pada batuan induk dipengaruhi juga oleh banyaknya penetrasi air hujan yang meresap melalui rekahan-rakahan pada batatuan induk. Penurunan kadar Ni cenderung terjadi pada rentang kemiringan topografi antara 9º-21º sedangkan untuk kenaikan Fe dan penurunan nilai Bacisity cenderung terjadi pada rentang kemiringan 9 derajat-15 derajat.