digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lapangan Laras terletak di Cekungan Jawa Barat Utara. Secara administratif lapangan ini merupakan bagian dari Kabupaten Subang. Lapangan Laras ditemukan pada tahun 1969 oleh sumur eksplorasi L-1. Produksi hidrokarbon dari Lapangan Laras dimulai pada tahun 1971 dengan produksi puncak pada tahun 1974 mencapai 56.000 BOPD dari Formasi Cibulakan Atas. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal di atas Formasi Baturaja. Reservoir batupasir Formasi Cibulakan Atas Lapangan Laras terdiri dari beberapa interval yaitu LRS-22, LRS-23, LRS-26, LRS-27, LRS-29, LRS-33, LRS-34, LRS-35, dan LRS-36 dengan kedalaman dari 2200 ft – 3600 ft. Lapisan reservoir LRS-22, LRS-27B, dan LRS-29C merupakan penghasil hidrokarbon terbesar di Lapangan Laras dan digambarkan sebagai reservoir batupasir laut dangkal dengan sebaran reservoir yang luas dan karakter reservoir yang homogen. Semua reservoir tersebut sudah masuk kategori matang dengan program waterflood dari tahun 2001 dan 2010 di Blok Barat. Masalah utama program waterflood di Lapangan Laras adalah hasil pemboran sumur pengembangan yang tidak maksimal setelah proses injeksi dimulai. Hasil pemboran sumur pengembangan menunjukkan bahwa LRS-22, LRS-27B, dan LRS-29C memiliki heterogenitas yang tinggi. Heterogenitas reservoir yang ditemukan di Lapangan Laras meliputi perubahan fasies dan sifat-sifat batuan secara vertikal dan lateral. Kondisi ini menunjukkan ketidaktepatan prediksi sebelumnya bahwa reservoir batupasir Formasi Cibulakan Atas memiliki geometri yang luas dan sifat batuan yang homogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik batupasir Formasi Cibulakan Atas dan komunikasi genetik reservoir secara lateral dan vertikal, berdasarkan integrasi data batuan inti sepanjang 900 ft, 74 data RCA, 152 log sumur, dan data seismik tiga dimensi. Metode stratigrafi sikuen akan membagi batupasir Formasi Cibulakan Atas dalam suatu kerangka waktu geologi atau dibatasi oleh pemarkah kronostratigrafi. Metode ini akan memberikan gambaran secara terperinci mengenai karakteristik fasies penyusun reservoir batupasir Formasi Cibulakan Atas dan ukuran dari geometri fasies di setiap interval reservoir. Analisis batuan inti menunjukkan tujuh litofasies di Formasi Cibulakan Atas, yaitu: batulanau-batulempung, batulanau lentikuler, batupasir flaser, batupasir silangsiur, batupasir non karbonatan, batupasir laminasi-laminasi silangsiur, dan batupasir karbonatan. Susunan litofasies Formasi Cibulakan Atas di Lapangan Laras terbagi menjadi dua yaitu litofasies penyusun endapan tidal shelf ridges yang terendapkan di lingkungan laut dangkal dan lithofasies penyusun endapan beach barrier yang terendapkan di lingkungan backshore-foreshore. Litofasies penyusun endapan tidal shelf ridges adalah batulempung-batulanau, batupasir karbonatan, batulanau lentikuler, batupasir flaser, batupasir silangsiur, dan batupasir non karbonatan. Reservoir endapan tidal shelf ridges di Lapangan Laras terdiri dari batulanau lentikuler, batupasir flaser, batupasir silangsiur, dan batupasir non karbonatan. Litofasies penyusun endapan beach barrier adalah batupasir laminasi silangsiur dan batupasir laminasi. Litofasies endapan beach barrier hanya terdapat di interval pengendapan reservoir LRS-22C. Enam litofasies penyusun endapan tidal shelf ridge terbagi menjadi empat fasies asosiasi yang mencerminkan tahapan perkembangan shelf ridges. Empat fasies asosiasi tersebut akan membentuk pola siklik atau berulang dibatasi oleh pemarkah kronostatigrafi marine flooding surfaces. Batulanau-batulempung dan batupasir karbonatan dikategorikan sebagai fase embrionik. Batupasir karbonatan di fase embrionik memiliki ciri kelimpahan pecahan cangkang dan klastika batulempungbatulanau dari batuan yang terendapkan sebelumnya. Batupasir ini menjadi penanda kehadiran pemarkah kronostratigrafi transgressive surface. Batulanau lentikuler dan batupasir flaser merupakan bagian dari fase akresi immature, sedangkan pada fase akresi mature terdiri dari batupasir silangsiur dan batupasir non karbonatan. Batupasir karbonatan dan batulempung diklasifikasikan sebagai fase abandonment. Batupasir karbonatan pada fase abandonment dicirikan dengan kehadiran bioturbasi intensif dan sementasi batuan yang kuat. Kehadiran empat fasies asosiasi dalam pengendapan tidal shelf ridges mencerminkan heterogenitas fasies secara vertikal yang menyusun reservoirreservoir di Formasi Cibulakan Atas. Geometri reservoir batupasir tidal shelf ridges di Lapangan Laras menunjukkan bentuk morfologi punggungan batupasir dengan kecenderungan arah timur laut-barat daya. Morfologi punggungan ini akan mengontrol sebaran lateral dari masing-masing fasies asosiasi terutama fasies asosiasi akresi mature. Fasies akresi mature umumnya terbentuk pada bagian paling tebal dari endapan tidal shelf ridges sebagai hasil dari pengaruh ombak pada saat pengendapannya. Fasies akresi immature terbentuk karena pengaruh arus pasang surut dan memiliki sebaran yang relatif lebih luas. Analisis rekonstruksi fasies dengan metode stratigrafi sikuen resolusi tinggi menunjukkan bahwa batupasir Formasi Cibulakan Atas merupakan bagian dari endapan transgresif dari garis pantai purba yang didominasi oleh arus pasang surut yang bercampur dengan arus ombak. Hasil analisis dengan metode ini dapat meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap heterogenitas reservoir Formasi Cibulakan Atas di Lapangan Laras. Hasil analisis ini memberikan gambaran pengembangan lapangan Laras yang lebih akurat dan memberikan keuntungan saat berproduksi.