digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mikroplastik (MPs) dan cemaran antibiotik telah menjadi salah satu masalah di lingkungan perairan yang telah mendapatkan perhatian global. Sungai Citarum sebagai salah lingkungan perairan terbesar di Jawa Barat juga mengalami masalah serupa. Penggunaan plastik dan antibiotik secara tidak bertanggung jawab dalam berbagai aktivitas manusia (peternakan, pertanian, rumah sakit, domestik) telah membuat adanya interaksi antara MPs dan bakteri resisten antibiotik (ARBs) di badan air dan membentuk ekosistem “Plastisphere” yang ditumbuhi ARBs. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur potensi risiko dari interaksi ARBs dan MPs di Sungai Citarum sehingga dapat ditentukan langkah terbaik untuk melindungi kesehatan masyarakat di sekitar wilayah Sungai Citarum. Penelitian ini dilakukan di wilayah Majalaya, Sapan, Dayeuhkolot, Katapang, dan Cikapundung. Bakteri yang teridentifikasi dari lokasi sampling diantaranya E. coli, K. pneumoniae, K. oxytoca, E. cloacae, dan S. marcescens. Bakteri diuji dengan antibiotik 8 jenis antibiotik, yaitu Kanamisin, Tetrasiklin, Ampisilin, Kloramfenikol, Oksitetrasiklin, Eritromisin, Streptomisin, dan Kotrimoksazol. Seluruh bakteri yang teridentifikasi mengalami resistensi teradap antibiotik Eritromisin dan tidak resiten terhadap Kloramfenikol. Perhitungan risiko dilakukan dengan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). Hasil perhitungan QMRA menunjukkan potensi risiko infeksi jalur oral per tahun dari ARBs yang tumbuh di MPs sekitar 63%-99% untuk kegiatan minum, masak, mandi, berenang dan sikat gigi untuk satu kali paparan. Paparan berulang meningkatkan risiko infeksi ARBs di MPs menjadi 100%. Penggunaan air di hulu Sungai Citarum Hasil untuk minum, masak, mandi, sikat gigi, dan mandi tidak direkomendasikan karena nilai risikonya jauh diatas ambang batas WHO sebesar 0,01% untuk parameter mikrobiologi.