digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TS PP OVIYANTI MULYANI 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2007 TS PP OVIYANTI MULYANI 1-BAB 1.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP OVIYANTI MULYANI 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP OVIYANTI MULYANI 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP OVIYANTI MULYANI 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP OVIYANTI MULYANI 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

2007 TS PP OVIYANTI MULYANI 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

ABSTRAK: Metode destruksi merupakan suatu metode yang sangat penting di dalam menganalisis suatu materi (bahan). Metode ini bertujuan untuk merubah sampel menjadi bahan yang dapat diukur. Metode ini seakan sangat sederhana, namun apabila kurang sempurna di dalam melakukan teknik destruksi, maka hasil analisis yang diharapkan tidak akan akurat. Oleh karena itu, pada penelitian ini dicoba untuk membandingkan dua metode destruksi dengan menggunakan metode konvensional (metode hot plate) dimana sampel dipanaskan di atas hot plate menggunakan beaker glass pada suhu 132 oC dan metode destruksi menggunakan bomb teflon pada suhu 190 oC selama 120 menit. Hasil destruksi tersebut diukur dengan menggunakan metoda spektrofotometri serapan atom (Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)), bagi penentuan sembilan unsur yang terdiri dari K, Na, Ca, Mg, Fe, Al, Cr, Cu dan Pb. Sampel tanah yang digunakan berasal dari delapan titik sampel di sepanjang aliran Sungai Citarum. Berat sampel yang diperlakukan yaitu 1 gram dan 3 gram, sedangkan pelarut yang digunakan adalah HCl dan aqua regia. Selain itu juga dianalisis sifat fisika dan kimia dari delapan unsur tersebut, meliputi kadar air tanah, pH tanah, kandungan C-organik, kandungan N-total tanah, C/N ratio, bahan organik tanah, Kapasitas tukar Kation (KTK), serta tekstur tanah berdasarkan prosedur yang sudah baku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari sembilan unsur yang telah berhasil dianalisis, dapat dilihat bahwa kandungan unsur dari setiap sampel memiliki kecenderungan pada berat tanah 1 gram memberikan kandungan yang lebih tinggi dibandingkan berat tanah 3 gram, dan kandungan unsur yang lebih tinggi diperoleh pada penggunaan HCl sebagai pelarut. Untuk kandungan fisika dan kimia yang terdapat pada kedelapan sampel tanah, mempunyai kecenderungan yang bervariasi tergantung kepada lingkungan tempat sampel tersebut diambil, akan tetapi secara keseluruhan hasil analisa fisika kimia ini mendukung terhadap hasil kuantitatif unsur yang dianalisis pada kedelapan sampel tanah tersebut.